Selasa 01 Jun 2021 15:19 WIB

Work From Home Picu Gangguan Kesehatan Fisik

Tempat bekerja yang tak sesuai dan perubahan rutinitas menjadi pemicunya.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Bekerja dari rumah mungkin dianggap lebih fleksibel bagi sebagian orang, tapi aktivitas berkepanjangan itu juga tidak luput dari risiko.
Foto: Piqsels
Bekerja dari rumah mungkin dianggap lebih fleksibel bagi sebagian orang, tapi aktivitas berkepanjangan itu juga tidak luput dari risiko.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bekerja dari rumah mungkin dianggap lebih fleksibel bagi sebagian orang, tapi aktivitas berkepanjangan itu juga tidak luput dari risiko. Mereka yang beralih bekerja dari rumah bisa terancam gangguan kesehatan fisik.

Penyebab utamanya adalah tempat bekerja yang tak sesuai dan perubahan rutinitas. Tidak sedikit pekerja yang bekerja dari sofa, dari tempat tidur, atau dari kursi dan meja dapur, yang sebenarnya tidak sesuai untuk duduk dalam waktu lama.

Baca Juga

Logitech Ergo Lab di Inggris menggagas studi yang mencermati seperti apa lingkungan kerja pegawai dari rumah. Sebanyak 29 persen karyawan generasi milenial mengakui bahwa sofa ruang tamu adalah meja kerja paling umum.

Sementara, 25 persen peserta menyulap meja makan dan dapur menjadi tempat kerja sejak awal pandemi berlangsung. Di antara mereka yang bekerja dari dapur, ada juga yang memanfaatkan panci sebagai alas laptop untuk bekerja.

Sekitar 17 persen merasa paling nyaman bekerja dari tempat tidur selama di rumah. Alasan yang disampaikan salah satu peserta adalah karena kamar tidur merupakan satu-satunya ruangan di rumah yang tenang.

Semua itu berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan, dengan nyeri punggung sebagai yang paling umum terjadi. Satu dari empat orang responden yang terlibat dalam studi mengalami nyeri fisik tersebut secara teratur.

Rata-rata 60 persen karyawan Inggris berharap bos atau perusahaan tempat mereka bekerja ikut berkontribusi terhadap dampak tersebut. Setidaknya, membantu mencegah nyeri agar produktivitas kerja dari rumah meningkat.

Nyatanya, warga London merogoh kocek sendiri demi pengalaman kerja di rumah yang lebih baik. Rata-rata menghabiskan 538 poundsterling (sekitar Rp 10 juta) sejak awal pandemi untuk membeli perabotan dan alat pendukung kerja.

Kursi, meja, headset, headphone, dan tetikus komputer adalah yang paling umum dibeli oleh karyawan. Pengeluaran mereka bahkan melebihi rata-rata nasional Inggris sebesar 419 poundsterling (sekitar Rp 8,5 juta).

"Penelitian ini dengan jelas menunjukkan bahwa ada kemunduran dalam hal postur tubuh yang buruk, produktivitas, dan rasa sakit di tubuh,” kata Clara Torvisco Marquez, Manajer Kategori dan Pemasaran Inggris untuk Logitech.

Dokter umum Shireen yang bekerja sama dalam studi Logitech ErgoLab menyarankan pemakaian perangkat yang bisa memperbaiki postur. Tujuannya, supaya bisa meningkatkan efektivitas dan kenyamanan bekerja.

Pengaturan ergonomis ruang kerja, baik itu meja pop-up atau ruangan kantor khusus di rumah dianggapnya sangat penting. Terlebih, banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam terpaku pada layar dan duduk di kursi.

Lingkungan kerja yang tidak sesuai dapat mengakibatkan nyeri sendi, kekakuan, dan cedera regangan berulang (RSI). Menghindari itu semua pada akhirnya juga mendukung kesehatan mental sebab kondisi fisik dan mental saling terkait.  

"Isolasi sosial dan hilangnya rutinitas dapat memengaruhi kemampuan dan motivasi seseorang untuk berolahraga, yang pada akhirnya memengaruhi kesejahteraan mental," ujar Shireen, dikutip dari laman BelfastLive, Selasa (1/6).

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement