REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang dilakukan oleh Washington University School of Medicine di St Louis, Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa seseorang yang telah terinfeksi Covid-19 ringan akan memiliki kekebalan terhadap SARS-CoV-2 seumur hidup. Tim peneliti kini sedang menguji apakah vaksin Covid-19 juga dapat memicu munculnya antibodi yang bertahan lama.
Tim peneliti itu pun mengatakan bahwa laporan sebelumnya yang menyebutkan kekebalan tidak bertahan lama setelah orang terinfeksi virus penyebab Covid-19 "datanya tidak diinterpretasikan dengan benar". Studi terbaru ini diterbitkan pada 24 Mei lalu di jurnal Nature.
Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, peneliti mengambil sampel sumsum tulang pada 18 dari 77 peserta yang sudah mendaftar untuk memberikan sampel darah mereka dalam interval tiga bulan. Sampel sumsum tulang diambil antara tujuh hingga delapan bulan setelah awal mereka infeksi Covid-19.
Lima dari 18 peserta kemudian memberikan sampel sumsum tulang kedua bulan kemudian. Tim lalu membandingkan sampel tersebut dengan sumsum tulang yang diambil dari 11 orang yang belum pernah didiagnosis Covid-19.
Dilansir dari Fox News, Rabu (2/6), hasil penelitian mengatakan, tingkat antibodi dalam darah orang yang pernah mengalami infeksi SARS-CoV-2 memang sempat turun dengan cepat dalam beberapa bulan pertama. Akan tetapi, antibodinya kemudian akan stabil dan sejumlah antibodi masih dapat dideteksi, bahkan hingga 11 bulan setelah infeksi.
Para peneliti juga menemukan sel penghasil antibodi yang secara khusus menargetkan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, dalam 15 sampel sumsum tulang. Sel-sel itu juga ditemukan pada kelima sampel tindak lanjut yang diberikan kepada peneliti empat bulan kemudian.
"Sel-sel itu diam, hanya berdiam di sumsum tulang dan mengeluarkan antibodi," kata Ali Ellebedy, seorang profesor patologi dan imunologi kedokteran dan mikrobiologi molekuler.