Rabu 02 Jun 2021 15:10 WIB

 Teknologi Huawei Bantu Wujudkan Keselamatan Kerja

Huawei menerapkan prosedur yang ketat dalam aktivitas pemeliharaan jaringan.

Logo Huawei terlihat di pameran teknologi konsumen IFA, di Berlin, Jerman 3 September 2020.
Foto: REUTERS/Michele Tantussi
Logo Huawei terlihat di pameran teknologi konsumen IFA, di Berlin, Jerman 3 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi telah menjadikan risiko dari aktivitas pemeliharaan jaringan telekomunikasi dan konektivitas bagi pekerja lapangan makin meningkat. Hal ini karena banyaknya perlengkapan jaringan yang berada di lokasi-lokasi berisiko tinggi.

Huawei pada Maret tahun lalu mulai memperkenalkan sistem keselamatan dan kesehatan baru. Lai Chaosen, Vice President, Huawei Indonesia mengatakan dengan sistem yang baru, hingga kini terus mampu mewujudkan tingkat kecelakaan dan infeksi nihil atau zero accident dan zero health infection.

Baca Juga

“Selain menjadikan ribuan pekerja merasa aman dan terlindungi dengan baik saat mereka memasang, menambah, dan memelihara jaringan di lokasi-lokasi berisiko tinggi, kami juga memastikan konektivitas jaringan tetap tersedia untuk mendukung percepatan transformasi digital di berbagai pasca pandemi," kata dia.

Menurut dia, laporan nihil kecelakaan adalah bukti dari kuatnya komitmen “I DO CREATE” dalam mengontribusikan pendayagunaan teknologi dan menciptakan nilai melalui penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang sangat ketat.

Selama pandemi, melalui komitmen “I DO CREATE”, Huawei mengontribusikan kepakarannya di bidang-bidang teknis dan menghadirkan solusi diagnostik yang diperkuat teknologi Cloud dan AI bagi para dokter dan tenaga medis di RSPAD Gatot Soebroto dan PERTAMEDIKA. Solusi-solusi tersebut terbukti efektif sehubungan dengan kemampuannya melakukan diagnosis COVID-19 enam kali lebih cepat dengan tingkat akurasi hingga 93 persen.

Menurut Lai Chaosen, sistem yang diperkuat teknologi AI dan pemantauan jarak jauh mencakup peta komprehensif yang dibuat berdasarkan tingkat risiko. Semakin tinggi risikonya, semakin ketat protokol kesehatan dan persyaratan keselamatan yang diterapkan. Sistem tersebut bertujuan untuk memastikan kepatuhan pekerja lapangan terhadap protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, pakaian dan kacamata pelindung, helm, dan mengikuti persyaratan lainnya.

Peta tersebut mencantumkan peralatan telekomunikasi yang terletak di lokasi rumah sakit rujukan COVID-19 sebagai zona merah atau yang berisiko tinggi. Setidaknya ada 621 rumah sakit rujukan COVID-19 di seluruh Indonesia yang semuanya tercakup di dalam peta Huawei.

Di luar zona merah terdapat zona kuning yang menunjukkan area dalam radius 250-meter dari zona merah dan zona biru untuk menandai zona di luar kuning dan merah.

"Setiap pekerjaan terlebih dulu harus mendapat otorisasi dari manajemen Huawei dan dari pihak manajemen pelanggan kami guna menjaga agar angka kecelakaan dan terjadinya kasus penularan tetap nihil," Lai Chaosen menegaskan.

Ia menambahkan, bahwa semua zona dimonitor secara ketat selama proses penggelaran, pemeliharaan, hingga penerapan keamanan pada jaringan telekomunikasi.

Di samping menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja berbasis AI, Huawei juga menyediakan pelatihan mengenai prosedur keselamatan kerja di area-area yang punya risiko penularan COVID-19 yang tinggi. Huawei juga melakukan pengecekan kesehatan secara reguler kepada seluruh pekerja. Selama penerapan sistem tersebut, Huawei juga menerapkan pemonitoran dan peninjauan secara digital menggunakan teknologi AI dan pemberlakuan proses perizinan yang ketat dari pihak manajemen.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement