REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong PT Telkom untuk tak sekadar jadi perusahaan telekomunikasi, tapi digital company.
"Telkom tidak boleh menjadi sunset industry," ujar Erick saat jumpa pers di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (2/6).
Erick sendiri mengaku sempat mendapat cibiran keras akibat mengkritisi Telkom pada awal Januari 2020. Sentilan Erick ditengarai menjadi pemantik turunnya harga saham Telkom. Lambat laun, saham Telkom sendiri kembali naik. Erick menyebut sentilan yang ia lontarkan merupakan bentuk cambukan agar manajemen Telkom serius memperbaiki model bisnis dan kinerja ke depan.
"Saham Telkom buktinya naik lagi, karena itu jangan Telkom dam Telkomsel terjebak oleh bisnis suara atau text message yang sekarang sudah gratis," ucap Erick.
Erick mendorong Telkomsel menjadi perusahaan digital, bukan lagi sebatas perusahaan telekomunikasi. Erick mengaku menantang Singapore Telecom Mobile TTE atau Singtel yang memiliki saham Telkomsel untuk membawa Telkomsel ke arah ekonomi digital.
Erick berharap Telkom dan Telkomsel ke depan mampu meningkatkan penetrasi dalam industri digital seperti database hingga konten.
"Sejak awal kita punya tower nomor satu di Indonesia, kenapa kalah bersaing? Kenapa tidak membangun data center? Ini yang harus kita lakukan," lanjut Erick.
Erick mengatakan, komisaris menjadi kepanjangan tangan Kementerian BUMN dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja BUMN. Erick ingin menjadikan BUMN sebagai perusahaan negara yang mampu memberikan dividen sebanyak-banyaknya bagi negara namun tidak melupakan aspek public service.
Erick menyebut baru klaster Himbara dan Telkom yang telah berkontribusi maksimal dalam dividen untuk negara. Kata Erick, klaster Himbara dan Telkom tetap mampu menunjukan kinerja positif meski menghadapi pasar yang terbuka.
"Kita harus dorong 12 klaster lain seperti Himbara dan Telkom, ini bukan lagi era proteksi, tertutup tapi era transparan dengan adanya ekonomi digital," kata Erick menambahkan.