REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- WWF menemukan bahwa melindungi habitat vital akan sangat penting untuk menghentikan pemanasan yang melebihi 1,5 derajat Celcius. Spesies kunci diperkirakan akan punah jika dunia gagal membatasi pemanasan global hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri.
Menurut laporan WWF, dilansir di The Guardian, Rabu (2/6), semakin banyak lanskap yang gundul dari vegetasi dan ekologi kompleksnya, semakin cepat krisis iklim kemungkinan akan terjadi.
Misalnya, lingkungan laut yang terdegradasi dan tercemar berarti laut dapat menyerap lebih sedikit karbon. Deforestasi menghancurkan penyerap karbon. Pengeringan lahan gambut dan lahan basah melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke udara.
Kepala eksekutif di WWF, Tanya Steele, mengatakan bahwa laporan itu menunjukkan mengapa pemerintah perlu memperkuat janji mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebelum pembicaraan iklim PBB (Cop26) yang akan diadakan di Glasgow November ini.
Banyak negara, termasuk Inggris dan AS, serta UE, telah menjanjikan pengurangan emisi yang tajam pada tahun 2030. Tetapi jika digabungkan, hal ini masih akan menyebabkan kenaikan 2,4° C pada akhir abad ini, menurut perkiraan.
Steele mengatakan, para pemimpin dunia harus mengambil kesempatan di Cop26 untuk membangun masa depan yang lebih hijau dan lebih adil, yang berlandaskan alam.
Sebagai tuan rumah, pemerintah Inggris perlu menunjukkan bahwa mereka dapat memenuhi target iklim ambisiusnya dengan menerbitkan rencana aksi yang kredibel tanpa penundaan, menguraikan langkah-langkah yang akan diambil untuk mengurangi emisi berbahaya dan mencapai nol bersih.
"Para menteri juga harus menyadari peran vital alam dalam membantu mewujudkan dunia dengan suhu 1,5° C dan segera meningkatkan upaya untuk melindungi dan memulihkan alam di dalam dan luar negeri," kata Steele.