REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stres dapat dirasakan siapa saja, mulai masyarakat awam hingga figur publik ternama dunia. Para tokoh sukses pun mengalami stres, namun bagaimana cara mereka mengelolanya bisa menjadi pelajaran tersendiri untuk diikuti.
Psikiater dan peneliti otak lulusan Harvard, Srini Pillay kerap melatih para eksekutif berkinerja tinggi untuk menangani stres. Pria yang meneliti perkara otak selama dua dekade itu menyaring perilaku manusia yang kompleks menjadi saran efektif bagi para kliennya.
Penulis buku Tinker Dabble Doodle Try itu mengulas bagaimana orang-orang paling sukses di dunia berhasil mengelola stres dan kecemasan. Pillay menjelaskan sebuah ide yang disebutnya keyakinan eksistensial guna menghadapi berbagai kondisi ketidakpastian.
"Miliki rasa percaya diri yang dalam dan komitmen pada gagasan bahwa Anda cukup memenuhi janji yang ingin Anda penuhi, sekaligus ada kemungkinan yang belum terwujud dalam kenyataan bahwa Anda dapat berkomitmen untuk itu," ungkapnya.
Artinya, seseorang tidak selalu harus mengetahui tujuannya. Tidak mengapa "salah berbelok" selama perjalanan hidup, cukup mengenalinya dan melanjutkan perjalanan. Cara itu membantu seseorang supaya tidak merasa semua harus berlangsung seideal mungkin.
Pemimpin program gangguan kecemasan rawat jalan di Rumah Sakit McLean di Belmont, Massachusetts, Amerika Serikat itu menyarankan seseorang tidak bekerja keras dan fokus seharian penuh. Itu merupakan resep langsung menuju kelelahan dan menguras energi otak.
Untuk menjaga otak dalam ritme kognitif, Pillay mengingatkan rutin "mengisi bahan bakar otak". Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, misalnya tidur sejenak selama 5-15 menit saat istirahat makan siang demi kesegaran otak beberapa jam setelahnya.
Membuat coret-coret di buku catatan (bahkan dalam rapat tim) dapat membantu fokus dan meningkatkan memori hingga 29 persen. Bisa juga hanyut dalam "lamunan positif", yakni membayangkan sesuatu yang menyenangkan seperti berbaring di kapal pesiar atau pantai.
"Lepaskan pikiran Anda. Pengembaraan pikiran ini dapat membantu otak menyatukan potongan-potongan teka-teki - itulah sebabnya banyak orang mendapatkan ide-ide terbaik mereka di kamar mandi," kata Pillay, dikutip dari laman Forbes, Rabu (2/6).
Anjuran lain mengatasi stres dengan cara memaksimalkan kinerja otak adalah dengan bicara pada diri sendiri. Rekomendasi ini tidak selalu berhasil untuk semua orang, tetapi ada baiknya memberi kesempatan diri mencoba dan melihat hasilnya.
Supaya metode bekerja sesuai keinginan, Pillay menyarankan untuk membingkai segala hal dalam situasi positif. Misalnya, saat kondisi berpotensi ricuh pada sebuah pertemuan, katakan pada diri sendiri: "Saya ingin suasana tenang saat rapat ini".
Kiat lain dalam self-talk adalah mengidentifikasi setiap emosi, bahkan memberinya nama. Hal itu dapat menurunkan aktivasi pemroses emosi di otak yang bernama amigdala sehingga seseorang lebih percaya diri serta tidak terlalu cemas.
Bicara sebagai orang ketiga turut membantu meningkatkan kepercayaan diri dan menghilangkan stres. Panggil nama Anda ketika menyadari ada bagian yang cemas dari diri Anda, sehingga tidak harus selalu membicarakannya secara langsung.
Menulis jurnal pun diyakini bisa mengurangi stres dan gangguan kecemasan. Pillay punya pendekatan yang provokatif dalam hal ini. Dia lebih suka menyarankan menulis ekspresif daripada selalu menuliskan ucapan syukur, sebab itu tidak selalu efektif.
"Terkadang Anda mengalami hari yang buruk dan tidak ingin menuliskan apa yang Anda syukuri. Biarkan itu muncul melalui kesadaran. Jika Anda mencoba bersyukur dan memalsukannya, itu tidak memiliki keaslian dan mengikis diri sendiri," tuturnya.