Kamis 03 Jun 2021 06:55 WIB

Asupan Kalori yang Benar untuk Turunkan Berat Badan

Banyak ahli menekankan kualitas makanan lebih penting daripada kalkulasi kalori.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Banyak ahli menekankan kualitas makanan lebih penting daripada kalkulasi kalori.
Foto: Health
Banyak ahli menekankan kualitas makanan lebih penting daripada kalkulasi kalori.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan menghitung kalori atau tidak menghitungnya sudah jadi perdebatan lawas antara profesional medis dan pakar diet. Di satu sisi, banyak ahli akan mengatakan bahwa memperhatikan kualitas makanan lebih penting dari kalkulasi kalori.

Pedoman utama menurut mereka yakni berfokus pada pilihan makanan utuh, bergizi seimbang, dan karbohidrat kompleks. Sementara, pihak yang cenderung berpihak pada penghitungan kalori dan makronutrien merasa perlu memahami kuantitas makanan.

Baca Juga

Sebagai jalan tengah, ada baiknya mencermati kualitas dan kuantitas makanan sekaligus. Jika memang seseorang sedang dalam misi mengurangi bobot badan yang dianggapnya berlebih, memperhatikan jumlah kalori dan menyantap makanan bergizi perlu dilakoni.

Pertama, penting untuk menghitung kalori berdasarkan tingkat metabolisme basal (BMR). Pakar diet berlisensi dari Balance One Supplements, Trista Best, mengatakan setiap orang memiliki metabolisme yang unik, yang memengaruhi tingkat pembakaran kalori.

"Jumlah ini sama dengan jumlah kalori yang harus mereka konsumsi sepanjang hari. Bagi kebanyakan orang dewasa yang sehat, ini sekitar 2.000 kalori sehari," ujarnya, dikutip dari laman Eat This, Rabu (2/6). Meskipun, bisa jadi apa yang dibutuhkan tubuh secara spesifik akan berbeda.

Best menyoroti pentingnya mengetahui BMR supaya dapat menyesuaikan asupan kalori serta menetapkan defisit kalori. Untuk mempertahankan berat badan ideal pun, tetap perlu mengetahui berapa tingkat metabolisme dan tetap berpegang pada angka itu.

Ahli diet terdaftar dari CollegeNutritionist.com, Rachel Paul, menjelaskan bahwa ada sejumlah persamaan umum yang biasanya digunakan. Salah satunya persamaan Mifflin St Jeor, yang menghitung kebutuhan kalori tubuh berdasarkan tinggi badan, berat badan, usia, dan jenis kelamin.

Sebagian besar aplikasi penghitungan kalori menggunakan salah satu dari beragam persamaan yang dikenal secara umum. Menurut Paul, penghitungannya cukup akurat, akan tetapi belum memperhitungkan metabolisme dan genetika individu seseorang.

Jadi, bagaimana seseorang bisa tahu penghitungan kalori seperti apa yang berhasil bagi tubuh? Paul merekomendasikan untuk menemukan kebutuhan kalori spesifik sebelum menetapkan defisit kalori apapun guna menurunkan berat badan.

Penggunaan aplikasi khusus seperti Lose It! memang disebutnya praktis. Ada pula cara yang menurutnya berpotensi lebih akurat untuk menghitung kebutuhan kalori, yakni dengan makan seperti biasanya tanpa modifikasi apapun selama tujuh hari.

Tentu saja tidak sekadar makan, tapi menghitung kalorinya. Setelah sepekan, seseorang dengan sendirinya akan mendapatkan asupan kalori rata-rata. Melakukan pelacakan bisa membantu menentukan kalori yang dibutuhkan tubuh.

Hal terpenting adalah bersikap jujur dan makan saja seperti biasa supaya pengukuran tercatat secara akurat. Setelah menemukan angkanya, seseorang bisa melakukan defisit kalori berdasarkan pada tujuan penurunan berat badan dan berapa bobot yang ingin dikurangi.

Namun, Paul tidak merekomendasikan kliennya untuk mengonsumsi kurang dari 1.200 kalori sehari. Saran darinya adalah melakukan defisit kalori berskala kecil sekitar 250 kalori untuk penurunan berat badan kira-kira 1/2 pon (0,25 kilogram) per pekan.

"Sehingga, orang tersebut menciptakan perubahan kebiasaan jangka panjang, alih-alih pendekatan diet ketat yang drastis dan seringkali mencakup defisit kalori yang jauh lebih besar namun tidak berkelanjutan," kata Paul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement