REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Dokter spesialis saraf, dr Untung Gunarto Sp.S. MM, mengingatkan, seseorang yang memiliki riwayat stroke harus bijak mengonsumsi santan guna memelihara kesehatan tubuhnya. Konsumsi santan berlebih bagi pemilik riwayat stroke bisa membahayakan tubuh.
"Hal yang perlu menjadi perhatian, terutama bagi pasien-pasien poli saraf, seseorang dengan riwayat stroke dan siapa saja yang memiliki risiko stroke untuk secara bijak mengonsumsi santan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin (7/6).
Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto itu menambahkan, imbauan tersebut harus disampaikan secara berkala guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat. "Hal ini berdasarkan pengamatan mengenai adanya kebiasaan atau seringnya mengonsumsi santan yang berlebihan pada perayaan hari tertentu, seperti hari raya Idul Fitri," katanya.
Dia mengingatkan agar seseorang dengan risiko stroke melakukan pemeriksaan kadar low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat secara rutin. "Tidak ada salahnya untuk mengevaluasi atau melakukan pemeriksaan kadar LDL kolesterol secara rutin terutama setelah cukup banyak mengonsumsi santan atau lemak jenuh, terutama bagi mereka yang juga memiliki atau menderita diabetes," katanya.
Santan memang memiliki banyak manfaat, tetapi juga memiliki bahaya tersendiri bila dikonsumsi secara berlebihan. "Contoh bahaya santan adalah bisa meningkatkan kadar LDL kolesterol darah karena dalam santan banyak mengandung lemak jenuh, terutama jika cara pengolahannya kurang tepat," katanya.
Kadar LDL kolesterol yang tinggi akan dapat mengubah struktur dinding pembuluh darah menjadi lebih tebal. "Sehingga, nantinya akan memicu pembuluh tersebut menjadi menyempit dan bisa menyumbat sehingga mengganggu aliran darah. Bahkan, bisa terjadi pelepasan gumpalan atau plak dinding tersebut hingga pembuluh darah tersumbat," katanya.
Bila aliran darah deras, terutama pada penderita hipertensi, kata dia, pada daerah pembuluh yang menebal bisa terjadi turbulensi, yang dalam jangka waktu lama akan bisa menipiskan daerah pembuluh darah tertentu hingga terjadi pecah pembuluh darah atau perdarahan. Dia mengatakan, bila hal itu terjadi pada pembuluh darah di otak, berpotensi mengakibatkan stroke, baik sumbatan atau perdarahan. Bila terjadi di jantung, akan terjadi iskemia dan atau penyumbatan pembuluh jantung.
"Bila hal ini terjadi di daerah pembuluh darah tepi dan paling sering di kaki, bisa terjadi Periferal Atrial Deasase (PAD) di mana kaki akan terasa kesemutan hebat hingga kebas serta nyeri, terutama buat berjalan agak jauh dan sedikit tampak kemerahan dan terkesan bengkak ringan," katanya.