REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagian-bagian penting dari otak cenderung mengalami atrofi seiring bertambahnya usia. Namun penelitian menunjukkan, kebiasaan sehari-hari ternyata dapat membuat pikiran tetap tajam selama proses penuaan.
"Terlepas dari stereotip, penurunan kognitif tidak dapat dihindari seiring bertambahnya usia dan mengadopsi kebiasaan gaya hidup sehat dapat secara signifikan mengurangi risiko demensia di kemudian hari," kata Wakil Presiden Senior dan Direktur Eksekutif Dewan Global untuk Otak dan Kesehatan, Sarah Lenz Lock, dilansir di Time.com, Selasa (8/6).
Berikut beberapa kiat yang bisa Anda ikuti untuk mengasah ketajaman fungsi otak seiring bertambahnya usia:
1. Bersosialisasi
Isolasi sosial meningkatkan risiko demensia hingga 50 persen pada orang dewasa yang lebih tua. Untuk itu, penting untuk tetap bersosialisasi minimal dengan lingkaran terdekat.
Beberapa teman terdekat sudah cukup. Daripada mencari teman sebanyak mungkin, fokuslah untuk membangun lingkaran sosial yang memuaskan kebutuhan pribadi, seperti menghabiskan lebih banyak waktu dengan tetangga, menjadi sukarelawan di pusat komunitas atau mengadopsi hewan peliharaan.
Satu masalah penuaan yang umum yaitu gangguan pendengaran dapat menghalangi sosialisasi. "Menarik diri secara sosial mungkin lebih mudah dibandingkan berurusan dengan rasa malu karena gangguan pendengaran dan bekerja untuk memperbaikinya," kata profesor psikologi di Florida State University, Angelina Sutin.
Apabila bersosialisasi secara langsung tidak memungkinkan, maka solusinya yaitu terhubung dengan orang lain secara daring. Dalam satu penelitian yang diterbitkan pada 2017 di Journals of Gerontology, setelah manula belajar menggunakan Facebook, mereka mendapat skor lebih tinggi pada tes memori dibandingkan orang dewasa lebih tua yang tidak menggunakan Facebook.
2. Latihan relaksasi
Stres adalah bagian alami dari kehidupan, namun dapat dikelola untuk memotivasi serta membantu kesehatan otak. Penting untuk latihan relaksasi guna mengelola stres.
Studi oleh Sara Lazar, seorang ahli saraf di Harvard Medical School, menunjukkan bahwa daerah otak yang terlibat dalam fokus dan perhatian lebih tebal pada orang yang berlatih meditasi. Musik adalah penghilang stres hebat lainnya. Sebagian karena dapat dilakukan dan didengarkan bersama teman-teman yang dapat memaksimalkan efeknya pada umur panjang kognitif. Tidur berkualitas dengan membatasi makanan tiga jam sebelum tidur, mengurangi gawai di kamar, sangat penting untuk menyimpan dan mengkonsolidasikan ingatan, menurut penelitian.
3. Berolahraga
Seiring bertambahnya usia, salah satu cara terbaik agar awet muda adalah dengan tetap aktif secara fisik. Hal yang sama juga berlaku untuk otak.
Olahraga juga membantu mencegah peradangan otak, di antara manfaat lainnya. Upayakan 150 menit latihan aerobik dan satu hingga dua hari latihan kekuatan setiap pekan.
Berolahraga di luar ruangan dengan udara segar juga dapat memberikan bonus lain. Menikmati pemandangan hijau dan cahaya alami membantu kesehatan otak dengan mengurangi stres dan meningkatkan melatonin untuk siklus tidur-bangun yang lebih teratur.
4. Makan baik untuk otak
Setelah berolahraga, pilih makanan pemulihan yang menyehatkan otak. Dalam penelitiannya, profesor neurologi di Universitas Columbia University, Nikolas Scarmeas menemukan bahwa orang dewasa yang lebih dekat mengikuti diet Mediterania; mengonsumsi ikan; dan makanan nabati seperti buah, sayuran, kacang-kacangan, dan minyak zaitun.
Sementara membatasi daging merah membuat risiko mereka terhadap penyakit Alzheimer menurun. Salah satu upaya memprioritaskan makanan yang mungkin penting untuk kesehatan otak, bisa dengan buah beri dan sayuran berdaun hijau. Salah satu cara diet ini dapat melindungi otak sekaligus meningkatkan kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah, dan telah dikaitkan dengan risiko penyakit Alzheimer yang lebih rendah.
5. Mengejar tujuan
Memiliki tujuan hidup yang didorong oleh tujuan dikaitkan dengan pengurangan 30 persen dalam demensia, terlepas dari aspek kesejahteraan lainnya. Hal ini berdasarkan studi pada 2017 oleh Sutin, psikolog di Florida State University. "Ini sangat protektif karena mengarah pada keterlibatan yang bermakna," kata dia.
Mengejar tujuan hidup mungkin tampak seperti hak istimewa beberapa orang yang beruntung. Namun, penelitian Sutin menunjukkan dengan adanya rasa memiliki tujuan, berkontribusi pada kesehatan otak terlepas dari pendapatan, kekayaan, atau pendidikan.
Banyak kegiatan dapat meningkatkan rasa itu. "Lakukan apa yang Anda sukai. Lakukan lebih banyak lagi lebih dalam," ujarnya.