Selasa 08 Jun 2021 17:41 WIB

Ilmuwan Temukan Spesies Dinosaurus Terbesar di Australia

Dinosaurus terbesar memiliki bobot yang diperkirakan antara 23 hingga 74 ton.

Rep: Fergi Nadira/Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi dinosaurus
Foto: mirror.co.uk
Ilustrasi dinosaurus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesies baru dinosaurus raksasa yang disebut Cooperensis telah ditemukan di Australia. Spesies ini diperkirakan memiliki panjang 25 hingga 30 meter (80-100 kaki) dan tinggi 5 hingga 6,5 meter di pinggul (17-20 kaki) membuatnya sepertiga lebih panjang dibanding spesies lain yang pernah diketahui. 

Salah satu penemu dinosaurus raksasa ini adalah Scott Hocknull dari Museum Queensland. Ia menggambarkan temuan ini sebagai yang paling besar. 

Baca Juga

Hewan purba tersebut memiliki bobot yang diperkirakan antara 23 hingga 74 ton. Pemegang rekor dunia saat ini adalah dinosaurus Patagotitan Mayorum yang mencapai 37 meter (121 kaki). 

Meski demikian, cooperensis termasuk di antara 10 hingga 15 spesies dinosaurus terbesar yang pernah ditemukan. Hocknull mengatakan bahwa kemungkinan ada hewan raksasa yang besarnya dapat melebihi wilayah  Amerika Selatan masih dapat ditemukan.

Sauropoda yang baru ditemukan telah dideskripsikan di PeerJ, dengan nama spesies berasal dari Cooper Creek. Semua spesimen di Australia (Australotitan) sejauh ini telah ditemukan di dekat salah satu anak sungai, ratusan kilometer di selatan penemuan sauropoda sebelumnya.

 "Kami membandingkan tiga spesies yang ditemukan di utara, dekat Winton, dengan raksasa Eromanga baru kami dan sepertinya dinosaurus terbesar di Australia adalah bagian dari satu keluarga besar yang bahagia," ujar Hocknull dalam sebuah pernyataan.

Hocknull mengatakan telah menemukan bahwa Australotitan adalah yang terbesar dalam keluarga, diikuti oleh Wintonotitan dengan pinggul besar dan kaki panjang. Dalam jarak satu kilometer, Hocknull dan rekan-rekannya telah menemukan lima sauropoda.

Para ilmuwan meyakini hewan-hewan tersebut seluruhnya adalah Australotitans. Namun, beberapa terlalu terpisah untuk mengkonfirmasi hal ini. 

Tulang Australotitan pertama ditemukan pada 2004, tetapi penundaan publikasi selama 17 tahun dilakukan karena ada kendala dalam proses ekstraksi dari bebatuan tempat mereka dikubur. 

Hocknull mengatakan, geologi Australia telah membuat tulang terbungkus batu jauh lebih keras daripada diri mereka sendiri, membutuhkan bertahun-tahun untuk ekstraksi yang aman. Bersama dengan rekan penulis, ia membuat versi digital tiga dimensi dari setiap fosil sehingga dapat membaginya dengan peneliti di seluruh dunia yang dapat membandingkan penemuan baru dengan objek yang ada dalam koleksi mereka sendiri.

Tim Museum Queensland adalah yang pertama secara rutin membuat rekonstruksi digital 3D, dan ini akan sangat mempercepat evaluasi penemuan di masa depan. Meski terdapat kemajuan ini, ada banyak kendala untuk mengungkapkan sauropoda Australia. 

Dataran benua dan kurangnya pergantian dari pengangkatan gunung berapi atau pelapukan glasial, berarti tulang jauh lebih kecil kemungkinannya untuk terekspos di permukaan. Populasi yang jarang di daerah yang paling menjanjikan mengurangi kemungkinan penemuan yang tidak disengaja. 

Tulang Australotitan pertama ditemukan oleh penggembala yang mengendarai sepeda quad yang kebetulan melihat sesuatu yang tidak biasa. Terlebih, Hocknull mengatakan bahwa ia adalah satu-satunya orang di Australia yang memiliki pekerjaan tetap mempelajari dinosaurus.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement