REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak era digital datang, segala gerak-gerik kita di dunia maya tak bisa dilepaskan dari keberadaan big data. Semua bekas pencarian kita di peramban, foto-foto yang unggah di media sosial, hingga berbagai jenis halaman berita atau gambar yang kita komentari, semuanya berkumpul menjadi aset digital yang diberi nama big data.
Big data mulai berkembang pesat pada 2013. Tepatnya, ketika Oxford English Dictionary memperkenalkan istilah big data untuk pertama kalinya dalam kamus. Hal itu tentu saja menimbulkan pertanyaan, "Kapan istilah ini pertama kali digunakan?".
Keingintahuan kemudian membawa Managing Partner di Digital Transformation Pro, Ramesh Dontha, ke banyak bahan penelitian. Namun, Dontha lebih mengandalkan beberapa literatur, di antaranya, "A Very short History of Big Data" dari Forbes, The Origins of 'Big Data': An Etymological Detective Story dari The New York Times, dan A Short History of Big Data DataFloq.com.
Dilansir KD Nuggets, Ahad (25/4), Dontha meninjau asal-usul big data dari dua sudut. Pertama, dari pertama kali istilah big data lahir. Sementara yang kedua, mengacu pada definisi modernnya, yaitu ledakan informasi dan kumpulan data yang besar.
Menurut Pustakawan Universitas Wesleyan, Fremont Rider berdasarkan pengamatannya pada 1944, informasi yang ada di perpustakaan universitas di Amerika Serikat (AS) akan bertambah dua kali lipat setiap 16 tahun. Saat itu, ia berspekulasi perpustakaan di Universitas Yale akan memiliki ledakan informasi pada 2040.
"Dengan sekitar 200 juta volume, akan menempati lebih dari 6.000 mil rak. Hal ini akan membutuhkan staf untuk katalog lebih dari enam ribu orang," kata Rider.
Meski ia tidak memprediksi digitalisasi perpustakaan, ia secara akurat memprediksi akan datangnya ledakan informasi. Dari 1944 hingga 1980, terdapat banyak artikel dan presentasi yang mengamati 'ledakan informasi' dan kebutuhan akan kapasitas penyimpanan. Pada 1980, orang-orang di Oxford English Discovery menemukan sosiolog Charles Tilly, sebagai orang pertama yang menggunakan istilah big data dalam kalimat di salah satu artikelnya.
Dalam konteks digital
Konteks penyimpanan informasi dalam jumlah besar, ternyata ikut pula mengalami evolusi sesuai masanya. Pada 1990, seorang ilmuwan komputer Peter Dennin memperkenalkan gagasan tentang apa yang mungkin dilakukan dengan big data.
Dalam artikel Saving All the Bits di American Scientist, Denning mengungkapkan, akan ada masa keharusan bagi para ilmuwan untuk menyimpan semua bit atau satuan data. "Dimungkinkan untuk membuat mesin yang dapat mengenali atau memprediksi pola dalam data tanpa memahami arti dari pola tersebut. Mesin semacam itu pada akhirnya mungkin akan cukup cepat untuk menangani aliran data yang besar secara real time," katanya.
Dalam perkembangannya, kita mulai melihat penggunaan sebenarnya dari istilah big data dalam konteks modern di 1997- 1998. Saat itu, peneliti NASA Michael Cox dan David Ellsworth menulis artikel pertama di perpus takaan digital dengan menggunakan istilah big data.