Kamis 10 Jun 2021 10:16 WIB

Psikolog Jelaskan Cara Preventif Atasi Candu Idola

Psikolog sarankan remaja dan dewasa batasi penggunaan medsos agar tak candu idola

Seorang pengemudi ojek daring mengantre untuk mengambil pesanan di gerai McDonald’s Raden Saleh, Jakarta, Rabu (9/6/2021). Seseorang yang terobsesi dengan idolanya akan berdampak pada banyak aspek. Ini tidak hanya terjadi di kalangan remaja juga di kalangan dewasa.
Foto: ANTARA/GALIH PRADIPTA
Seorang pengemudi ojek daring mengantre untuk mengambil pesanan di gerai McDonald’s Raden Saleh, Jakarta, Rabu (9/6/2021). Seseorang yang terobsesi dengan idolanya akan berdampak pada banyak aspek. Ini tidak hanya terjadi di kalangan remaja juga di kalangan dewasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seseorang yang terobsesi dengan idolanya akan berdampak pada banyak aspek. Ini tidak hanya terjadi di kalangan remaja juga di kalangan dewasa.

Psikolog Binus Unversity, Muhamad Nanang Suprayogi, Ph.D, mengatakan cara yang bisa dilakukan adalah mengontrol kendali menggunakan media sosial (medsos). Sebab, medsos menjadi faktor yang sangat memengaruhi kecanduan seseorang pada idolanya.

“Sekolah bisa melakukan program-program misalnya adanya pelatihan kepada anak-anak, bagaimana mereka bisa bijak dalam menggunakan medsos,” kata Nanang kepada Republika.co.id, Rabu (9/6).

Nanang menjelaskan para remaja bisa melakukan digital literacy. Salah satu tujuannya agar tidak termakan hoaks yang beredar dan membiasakan diri mengecek kebenaran suatu informasi. Menurut dia, para remaja dan orang dewasa masih harus selalu melatih ini.

Selain itu, ada juga digital etik attitude, cara bersikap dalam dunia maya. Para remaja tidak bisa bebas mengungkapkan apa saja di medsos karena itu membahayakan. “Jangan sampai para remaja mudah menyampaikan semua informasi di medsos yang akhirnya bisa disalahgunakan informasinya. Tidak semua remaja tahu ini dan harus ada pelatihannya,” ujar dia.

Pihak luar seperti pemerintah juga berperan penting dalam hal ini. Termasuk para tokoh agama dan tokoh lain harus ikut andil dalam mengedukasi masyarakat.

Meski begitu, Nanang mengatakan sebenarnya tidak masalah jika mengidolakan seseorang. Terlebih jika sang idola bisa menjadi motivasi atau semangat belajar.

“Yang berbahaya ini teknologi medsosnya. Harus disikapi dengan tepat, memilih mana yang baik atau buruk. Justru kalau merasa dikendalikan oleh medsos akhirnya tidak mempunyai jati diri,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement