REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Yaswardi mengatakan, penting untuk menumbuhkan kreativitas guru dalam memanfaatkan teknologi. Selama ini, teknologi masih digunakan dalam tatanan operasional.
"Teknologi baru sekadar tatanan operasional, tapi bagaimana menumbuhkan kreativitas. Ini adalah poin yang menjadi masukan dan saran," kata Yaswardi, dalam diskusi daring dengan tema Masa Depan Pendidikan Teknologi di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19, Kamis (10/6).
Selama satu tahun ini, pembelajaran di sebagian besar sekolah di Indonesia menggunakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan memanfaatkan teknologi. Namun, Yaswardi tidak memungkiri penggunaan teknologi ini belum berdampak signifikan terhadap capaian pendidikan di Indonesia.
Menurunnya, dari segi penggunaan teknologi, baik guru dan peserta didik masih memiliki kendala. Ke depannya, ia menegaskan, guru harus mendapatkan informasi dan pelatihan untuk memanfaatkan teknologi dalam kegiatan pembelajaran.
Saat ini, sebetulnya sudah ada guru-guru yang familiar dengan teknologi dan bisa menghasilkan suatu produk pembelajaran. Namun, persentasenya jika dibandingkan dengan guru yang memiliki kendala memanfaatkan teknologi masih jauh lebih sedikit.
Lebih lanjut, ia mengatakan, Kemendikbudristek terus berupaya melakukan transformasi pendidikan. Fokusnya, bagaimana memberikan pelayanan pembelajaran di sekolah yang berpusat pada siswa.
Guru tidak mungkin digantikan dengan teknologi. Keberadaan guru tetap membawa pengaruh yang besar karena mereka tidak hanya sebagai pengajar, namun juga motivator bagi siswa-siswanya.
Menurut Yaswardi, program peningkatan kompetensi guru merupakan keharusan, mengingat saat ini nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) masih belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Pelatihan teknologi informasi, kata Yaswardi, merupakan salah satu isu yang akan terus didorong.
"Bagaimana guru familiar dengan teknologi, anak juga familiar. Ini akan berdampak terjadinya interaksi yang positif. Teknologi tanpa dukungan kompetensi guru akan menjadi masalah. Teknologi di satu sisi, profesional guru di satu sisi dalam memanfaatkan teknologi," ujar Yaswardi.