Selasa 15 Jun 2021 15:56 WIB

3 Mitos Makanan dan Pola Makan Sehat

Ada saja mitos-mitos yang menghantui saat kita berniat makan makanan yang sehat.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nora Azizah
Ada saja mitos-mitos yang menghantui saat kita berniat makan makanan yang sehat.
Foto: Pixabay
Ada saja mitos-mitos yang menghantui saat kita berniat makan makanan yang sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada saja mitos-mitos yang menghantui saat kita berniat makan makanan yang sehat. Misalnya, saat kita hendak makan tempe sebagai lauk makanan sehat kita, ada mitos yang menyebut kedelai dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Sementara, menurut para ahli, hal itu sama sekali tak benar. 

Masih banyak hal tentang kebugaran dan kesehatan yang beredar di masyarakat. Para ahli pun mencoba memberikan pengetahuan atas kebenaran yang ada. Berikut beberapa mitos yang sering terdengar yang tak dibenarkan oleh para ahli yang bisa kita manfaatkan dengan menerapkannya, dilansir laman Stylish, Selasa (15/6). 

Baca Juga

 

MITOS: Kedelai Tingkatkan Risiko Kanker Payudara

Berasal dari Asia Tenggara, pabrik kedelai ditemukan 5.000 tahun yang lalu. Kedelai mengandung sembilan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk membangun otot tanpa lemak, serta mengandung lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda yang sehat.

“Mengkonsumsi makanan kedelai juga telah diamati untuk menjaga kepadatan tulang dan berpotensi mengurangi patah tulang pada wanita pascamenopause,” ujar ahli gizi dan ahli pengobatan gaya hidup bersertifikat di Plant Based Health Professionals UK, Rohini Bajekal. 

Sementara, tahu dan tempe adalah sumber tanaman yang bagus. Kedua lauk pauk itu berbasis zat besi dan antioksidan.

Lalu, adanya mitos tentang kedelai buruk bagi kita, kata Bajekal, sebagian besar penelitian yang memberikan reputasi buruk pada kedelai dilakukan pada penelitian hewan (tikus) dan tidak dapat direproduksi pada manusia. “Uji coba lain yang melaporkan efek negatif dikaitkan dengan jumlah yang sangat besar dari fitoestrogen kedelai yang akan sangat sulit untuk ditiru dalam makanan.” kata dia. 

Masalahnya, banyak orang berpikir, kedelai meniru efek estrogen yang membuat tubuh pria lebih feminin dan menempatkan wanita pada risiko kanker payudara. Kedelai memang memiliki estrogen nabati atau nabati tetapi mereka secara selektif menempelkan diri pada reseptor beta di jaringan seperti payudara dan tulang.

“Itu berarti kedelai sebenarnya memiliki kemampuan untuk menghalangi aksi kelebihan estrogen mamalia yang ditemukan di jaringan hewan seperti daging dan susu dan juga memblokir kelebihan estrogen endogen dari kelebihan lemak tubuh kita, kedua jenis mengikat reseptor alfa dan beta,” jelasnya.

Studi pun  menunjukkan kedelai tidak memiliki dampak negatif pada kesuburan pria atau wanita. Faktanya, telah terbukti mengurangi risiko kanker prostat, kanker payudara, dan penyakit kardiovaskular, sekaligus memberi kita berbagai nutrisi mikro seperti kalsium, seng, dan zat besi.

“Bahkan sedikitnya satu porsi kedelai yang dimulai sejak usia dini atau saat dewasa muda tampaknya memiliki manfaat dalam mengurangi risiko kanker payudara dan prostat di kemudian hari, dengan ribuan artikel yang ditinjau oleh rekan sejawat dan banyak penelitian selama 30 tahun penelitian telah dilakukan. menegaskan keamanan dan manfaat kedelai,” tegas Bajakal.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement