REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Communication for Development Specialist Unicef Indonesia, Rizky Ika Syafitri mendorong para tenaga penyuluh penanganan COVID-19 untuk menggunakan bahasa komunikasi yang sederhana. Hal ini agar mudah dipahami masyarakat.
"Contoh, kita baru kembali dari Aceh, ada lansia bilang, 'saya nggak mau divaksinasi COVID-19, tapi kalau diimunisasi saya mau'," katanya dalam acara Dialog Produktif Semangat Selasa bertajuk "Vaksinasi Upaya Capai Herd Immunity" yang dipantau ANTARA secara virtual di Jakarta, Selasa (15/6).
Rizky mengatakan, selama ini ada yang keliru dengan strategi komunikasi menggunakan istilah vaksinasi. Sebab, kata ini asing bagi sebagian masyarakat.
"Masyarakat tahunya imunisasi, yang sudah punya konotasi yang baik di masyarakat," katanya.
Cerita tersebut, kata Rizky, merupakan pesan bagi tenaga penyuluh agar menggunakan bahasa yang sederhana serta mudah dipahami masyarakat. Menurutnya, istilah dalam dunia medis terkait COVID-19 sangat banyak dan tidak seluruhnya bisa dipahami publik.
Misalnya, sebutan 'polymerase chain reaction' (PCR), antigen, swab serta istilah asing lainnya. Organisasi dunia yang membantu memberikan bantuan dan dukungan kepada anak-anak itu merekomendasikan strategi komunikasi edutainment yang menarik serta dikemas dengan cara-cara yang menyenangkan.
"Jenis komunikasi direktif seperti pakai masker, jaga jarak, ayo vaksin sudah enggak bisa. Sudah satu tahun kita lalui pandemi ini, jangankan yang ngasih tahu, yang diberi tahu juga sudah capek. Jadi pendekatannya harus harus memotivasi kemudian harus ada unsur edutainment biasanya sekarang lebih diterima," katanya.
Pada survei penerimaan vaksinasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama sejumlah otoritas terkait pada Juli 2021, dilaporkan terdapat 65 persen responden menjawab bersedia untuk divaksinasi. Sekitar 27 persen ragu-ragu menentukan pilihannya serta 8 persen menyatakan menolak vaksin.
"Ada lebih dari 115 ribu responden yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tapi ini sesuatu yang sangat dinamis bisa naik turun tergantung bagaimana program diimplementasikan serta eksposur berbagai informasi yang diterima masyarakat," katanya.