Rabu 16 Jun 2021 13:26 WIB

Ilmuwan Rilis Peța 3D Pertama Batas Ruang Antarbintang

Heliosfer berbentuk sedikit seperti komet, memiliki ekor sekitar 350 unit astronomi.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Heliosfer
Foto: nasa
Heliosfer

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan merilis peta 3D pertama dari heliosfer. Heliosfer adalah batas akhir antara sistem tata surya dan ruang antarbintang.

Selama ini, diketahui bahwa matahari sangat besar sehingga pesawat ruang angkasa Voyager 1 dari Badan Antariksa Amerika (NAS) menjadi objek terjauh buatan manusia dan telah melayang selama lebih dari 40 tahun, tetapi tidak luput dari pengaruh matahari. 

Baca Juga

Voyager 1 berjarak sekitar 14 miliar mil (22,5 miliar kilometer) dari Matahari, sekitar empat kali jarak rata-rata dari matahari ke Pluto. Meski sebagian besar tata surya tampak seperti ruang kosong, sebenarnya ruang kosong ini dihuni oleh angin matahari dan radiasi elektromagnetik lainnya. 

Lingkup pengaruh matahari dibagi menjadi sejumlah wilayah utama, salah satunya adalah heliosfer. Ini merupakan wilayah seperti gelembung di tata surya, yang berbentuk seperti windsock panjang saat bergerak dengan matahari melalui ruang antarbintang. Heliosfer diisi dengan medan magnet matahari, proton, dan elektron dari angin matahari (partikel bermuatan yang berasal dari matahari).

Dilansir Zmescience, saat ini untuk pertama kalinya para astronom telah memetakan heliosfer dałam tiga dimensi. Analisis tersebut mengonfirmasi kecurigaan dari model teoretis bahwa heliosfer berbentuk sedikit seperti komet memiliki ekor sekitar 350 unit astronomi. Perlu diketahui, satu unit astronomi memiliki jarak sekitar Bumi ke Matahari. 

Batas luar heliosfer dikenal sebagai heliopause. Di sinilah tekanan dari angin matahari, yang sangat melemah begitu jauh dari matahari, dibatalkan oleh tekanan ruang antarbintang.

Para peneliti di Laboratorium Nasional Los Alamos menggunakan data dari satelit Interstellar Boundary Explorer (IBEX) yang mengorbit Bumi, mengukur partikel bermuatan yang terlempar dari wilayah terluar heliosfer untuk memetakan wilayah tersebut dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam prosesnya, peta tiga dimensi memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana angin matahari dan antarbintang berinteraksi.

"Model fisika telah berteori batas ini selama bertahun-tahun. Tapi, ini pertama kalinya kami benar-benar bisa mengukurnya dan membuat peta tiga dimensinya,” ujar Dan Reisenfeld, seorang ilmuwan di Los Alamos National Laboratory dan penulis utama studi tersebut, yang diterbitkan dalam Astrophysical Journal. 

Reisenfeld menggunakan teknik yang mirip dengan cara kelelawar menggunakan sonar untuk mendeteksi lingkungan mereka. Alih-alih mendeteksi gelombang akustik yang dipantulkan, para astronom mengukur atom netral energik (ENA) atau partikel yang dihasilkan dari tabrakan antara angin matahari dan antarbintang untuk membuat peta heliosfer. 

Saat hitungan ENA naik, ini bisa berarti bahwa batasnya sudah dekat. Reisenfeld mengatakan sinyal angin matahari yang dikirim oleh matahari bervariasi dalam kekuatan, membentuk pola yang unik. 

“IBEX akan melihat pola yang sama dalam sinyal ENA yang kembali, dua hingga enam tahun kemudian, tergantung pada energi ENA dan arah yang dilihat IBEX melalui heliosfer. Perbedaan waktu ini adalah bagaimana kami menemukan jarak ke wilayah sumber ENA dalam arah tertentu,” ujar Reisenfeld menjelaskan.

Reisenfeld mengatakan, dengan melakukan itu, para ilmuwan dapat melihat batas heliosfer dengan cara yang sama seperti kelelawar menggunakan sonar untuk ‘melihat’ dinding gua. Sebelumnya, simulasi yang menghitung angka dari pengukuran sinar kosmik galaksi (indikator tidak langsung ENA), menyimpulkan bahwa heliosfer tata surya berbentuk seperti croissant daripada seperti komet. 

Namun, peta 3-D yang baru diterbitkan ini menunjukkan bahwa gelembung angin matahari adalah seperti komet meskipun masih ada ketidakpastian mengenai bentuk heliosfer yang sebenarnya karena batas inheren dari jangkauan IBEX. Heliosfer mungkin memang memiliki bentuk yang lebih aneh dan menentukannya sebenarnya penting dari sudut pandang praktis. 

Heliosfer memblokir 75 persen sinar kosmik galaksi, yang dapat merusak pesawat ruang angkasa dan DNA astronaut yang sedang melakukan perjalanan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement