Oleh : Hiru Muhammad, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sepucuk suratnya yang diterbitkan 13 Juni lalu, Kemenperin menyebutkan perpanjangan diskon Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) bagi penjualan kendaraan hingga Agustus mendatang. Program tersebut adalah kelanjutan dari program sebelumnya, yang telah berlaku 1 Maret 2021 terhadap kendaraan penumpang berkapasitas mesin 1500 cc dengan kandungan lokal tertentu. Dalam surat tersebut juga disebutkan perpanjangan tersebut diberikan karena melihat hasil positif dari program tahap pertama.
Dalam surat tersebut juga disampaikan diskon PPnBM telah berdampak positif terhadap industri. Sejak diskon diberlakukan awal Maret terjadi kenaikan 28,85 persen. Bahkan April terjadi lonjakan 227 persen dibanding periode sama tahun lalu. Bahkan Gabungan Industi Kendaraan Bermotor (Gaikindo) menyebutkan penjualan ritel Januari hingga April naik 5,9 persen sebesar 257.953 unit. Secara bulanan volume penjualan telah mendekati level normal sekitar 80 ribu unit perbulan.
Kebijakan pemerintah tersebut sudah tentu mendapat sambutan positif dari masyarakat dan kalangan industri otomotif nasional. Industri ini telah mempekerjakan 1,5 juta manusia yang bekerja dari sektor hulu hingga hilir yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan negara. Terlebih beban negara yang cukup berat dalam menanggulangi pandemi Covid-19, juga telah berdampak bagi sektor manufaktur ini.
Diharapkan dengan diperpanjangnya kebijakan tersebut animo atau daya beli masyarakat kembali meningkat. Namun, di tengah kondisi pandemi saat ini, dimana kinerja pabrik otomotif tidak maksimal karena kebijakan protokol kesehatan yang mengharuskan pekerja pabrik bekerja bergantian telah berdampak pada jumlah kendaraan yang mampu dibuat pabrik. Kondisi yang serba terbatas tersebut di sisi lain harus segera memenuhi permintaan pasar yang demikian tinggi dalam waktu singkat. Terlebih di saat pandemi ini, sebagian masyarakat lebih banyak menggunakan sarana transportasi pribadi guna mengurangi risiko social distancing di angkutan umum.
Akibatnya muncul antrean panjang atau daftar tunggu pemesanan kendaraan yang juga berdampak pada terlambatnya pengiriman kendaraan ke tangan konsumen. Petunjuk pelaksanaan lebih lanjut dari kebijakan tersebut dari pemerintah juga masih dinantikan kalangan industri. Padahal antrean pesanan yang terjadi sepanjang Maret hingga bulan ini belum sepenuhnya terselesaikan. Apalagi bila ditambah dengan kebijakan perpanjangan hingga Agustus mendatang, tentunya akan kembali memperpanjang daftar antrean bagi konsumen baru. Mereka yang memesan kendaraan bulan Juni ini, atau bulan Juli belum dapat dipastikan kapan akan menerima kendaraan idaman. Bahkan bila kebutuhan kendaraan mendesak, konsumen dengan berat hati harus memalingkan pilihan ke produk lain yang masa indennya lebih singkat atau membatalkan pesanannya.
Selain itu yang patut diwaspadai adalah dalam beberapa pekan terakhir, meski vaksinasi telah gencar dilakukan pemerintah, namun jumlah penduduk yang positif Covid-19 terus mengalami lonjakan yang signifikan di berbagai wilayah. Hal ini bila tidak terkendali dengan baik, dikhawatirkan akan kembali berdampak pada sektor industri otomotif yang sedang mulai bangkit dari keterpurukannya sejak pandemi merebak. Bahkan tidak hanya sektor otomotif saja, namun ekonomi nasional secara keseluruhan. Vaksinasi bagi pekerja di industri otomotif yang dicanangkan beberapa waktu lalu adalah suatu yang positif, namun hal itu tidak akan banyak membantu bila mereka tidak bisa bekerja maksimal akibat pembatasan sosial yang diberlakukan di tempat kerja akibat Covid-19 yang tidak kunjung mereda.
Persoalan lain yang harus diingat adalah kelangkaan chip yang dialami sejumlah pabrikan otomotif di mancanegara. Tidak sedikit pabrikan otomotif yang terpaksa memangkas jumlah produksi mereka karena pasokan semikondutor yang terbatas. Hal itu terjadi karena pabrik semikondutor harus memacu produksi mereka hingga batas maksimum karena perangkat canggih tersebut juga digunakan untuk kebutuhan ponsel dan laptop. Permintaan pasar atas kedua perangkat canggih tersebut juga meningkat akibat pandemi yang memaksa orang lebih banyak bekerja di rumah. Meski masalah chip tersebut dampaknya tidak terlalu terasa di tanah air, namun sejumlah merek dari brand tertentu telah merasakannya.