Kamis 17 Jun 2021 10:39 WIB

Riset Sebut Indonesia Rawan Serangan Ransomware

Indonesia menempati peringkat ketiga secara global dalam hal upaya ransomware.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Gambar yang dibuat dengan drone menunjukkan fasilitas Colonial Pipeline di Baltimore, Maryland, AS, 10 Mei 2021. Serangan dunia maya memaksa penutupan sistem antarnegara bagian yang luas dari Colonial Pipeline, yang membawa bensin dan bahan bakar jet dari Texas ke New York. FBI mengonfirmasi bahwa ransomware Darkside bertanggung jawab atas serangan yang membahayakan perusahaan pipa yang berbasis di Atlanta.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Gambar yang dibuat dengan drone menunjukkan fasilitas Colonial Pipeline di Baltimore, Maryland, AS, 10 Mei 2021. Serangan dunia maya memaksa penutupan sistem antarnegara bagian yang luas dari Colonial Pipeline, yang membawa bensin dan bahan bakar jet dari Texas ke New York. FBI mengonfirmasi bahwa ransomware Darkside bertanggung jawab atas serangan yang membahayakan perusahaan pipa yang berbasis di Atlanta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset perusahaan keamanan siber Kaspersky menyebut persentase serangan siber terhadap komputer sistem kontrol industri (industrial control system/ICS) meningkat pada semester kedua 2020. Sebelumnya, serangan siber ICS telah menurun sejak semester kedua 2019.

Indonesia menempati peringkat ketujuh secara global dalam hal objek berbahaya yang diblokir di komputer ICS pada paruh kedua 2020. Angka ini meningkat 1,2 persen dibandingkan paruh pertama 2020 (48,5 persen). 

Baca Juga

Sumber utama ancaman terhadap komputer ICS di Indonesia antara lain internet (24,6 persen), malware yang berasal dari removable media (11,1 persen), dan file berbahaya dari tautan email (8,6 persen). Selain itu, Indonesia juga menempati peringkat ketiga secara global dalam hal upaya ransomware terhadap komputer ICS dengan 1,77 persen upaya serangan diblokir selama paruh kedua tahun lalu.

Territory Manager untuk Indonesia di Kaspersky, Dony Koesmandarin, mengatakan ancaman pada komputer ICS sangat berbahaya, dengan potensi untuk mengganggu tidak hanya perusahaan, tetapi juga masyarakat. Kaspersky melihat ini dengan jelas dalam serangan siber baru-baru ini yang melumpuhkan jaringan pipa terbesar di AS yang mengakibatkan pompa bensin hampir kosong dan konsumen mengalami “panic buying”.

Pada 10 Mei lalu,  sistem pipa bahan bakar terbesar di Amerika Serikat (AS) mengalami serangan ransomware. Sistem pipa bahan bakar perusahaan Colonial Pipeline Company harus menutup jaringannya karena serangan ini. Akibatnya, sempat terjadi kelangkaan pasokan minyak di AS.

Colonial Pipeline Company  mengirimkan bensin dan bahan bakar jet dari Pantai Teluk Texas ke Pantai Timur yang padat penduduknya melalui jalur pipa sepanjang 8.850 kilometer. Operator ini melayani 50 juta konsumen.

“Melihat pertumbuhan dan perkembangan industri dan digitalisasi yang luar biasa di Indonesia, ada kebutuhan yang lebih mendesak untuk menjaga infrastruktur penting kita terlindungi dari para penjahat siber ini. Langkah-langkah keamanan siber yang konkret harus dilakukan saat kita merangkul manfaat industri 4.0,” kata Dony.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement