Kamis 17 Jun 2021 13:11 WIB

Dokter Ingatkan Waspada Serangan Jantung Ketika Olahraga

Dokter spesialis menyebut aktivitas olahraga berlebihan bisa membebani jantung

Rep: Desy Susilawaty/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi Serangan Jantung. Ia menambahkan pemilihan intensitas olahraga menjadi sangat penting saat kondisi seseorang yang telah memiliki riwayat penyakit jantung koroner ataupun risikonya seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit diabetes, perokok, atau memiliki keturunan penyakit jantung pada keluarga.
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Serangan Jantung. Ia menambahkan pemilihan intensitas olahraga menjadi sangat penting saat kondisi seseorang yang telah memiliki riwayat penyakit jantung koroner ataupun risikonya seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit diabetes, perokok, atau memiliki keturunan penyakit jantung pada keluarga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini muncul pertanyaan masyarakat mengenai serangan jantung yang dapat menyerang seseorang ketika berolahraga. Apakah benar olahraga bisa menyebabkan serangan jantung?

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Primaya Hospital Makassar, dr. Darwin Maulana, Sp.JP, menginformasikan olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang teratur yang memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohani dan secara tidak langsung dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.

Intensitas olahraga dapat beragam dan harus disesuaikan dengan kondisi setiap manusia seperti usia, status kesehatan, ataupun kebugaran organ-organ tubuh; salah satunya organ tubuh yang berkaitan dengan kesehatan jantung.

“Saat seseorang melakukan olahraga dengan intensitas yang melebihi kemampuan jantung, terlebih belum diketahuinya kondisi kesehatan jantung saat melakukan olahraga, maka hal tersebut dapat membebani kerja jantung sehingga dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan gangguan pada jantung,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (16/6)

Ia menambahkan pemilihan intensitas olahraga menjadi sangat penting saat kondisi seseorang yang telah memiliki riwayat penyakit jantung koroner ataupun risikonya seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit diabetes, perokok, atau memiliki keturunan penyakit jantung pada keluarga. “Terlebih jika telah terdapat gejala-gejala penyakit jantung koroner seperti nyeri dada saat beraktivitas, cepat lelah, sesak nafas jika berjalan jauh atau menaiki tangga, berdebar, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Olahraga dapat meningkatkan permintaan darah dan oksigen ke dalam otot jantung. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, terdapat sumbatan aliran darah koroner yang dapat menurunkan supply darah ke dalam otot jantung.

“Disini yang pada akhirnya terjadi missmatch antara supply and demand yang berujung perburukan kondisi otot jantung. Terlebih jika terjadi penyumbatan koroner yang tiba-tiba (rupture plaq) saat berolahraga sehingga menyebabkan serangan jantung,” ujarnya.

Ia menambahkan pembentukan penggumpalan darah yang menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah koroner dapat terjadi secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan akibat adanya faktor-faktor risiko seperti hipertensi, kolesterol, diabetes melitus, atau radikal bebas akibat merokok yang jika kadarnya tidak terkontrol, ditambah lagi beban jantung yang meningkat akibat aktivitas fisik dan psikis yang berlebih, dapat memicu robeknya kapsul plak kolesterol (ruptur plaque) pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan terjadinya pembentukan gumpalan darah yang menjadi penyebab serangan jantung.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement