REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Universitas Wiralodra (Unwir) Indramayu, Jawa Barat, mengadakan kuliah umum dengan tema “Peningatan Kontribusi Unwir Dalam Pembangunan Bangsa di Era Disrupsi dan Industri 4.0”, Rabu (16/6).
Webinar yang dilaksanakan secara hybrid--luring di Kampus Unwir Indramayu dan daring--itu menampilkan narasumber Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS (Profesor Bidang Ilmu Ekologi dan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan).
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University itu membawakan makalah berjudul “Peningkatan Peran dan Kontribusi Unwir Dalam Pembangunan Bangsa di Era Industri 4.0 dan Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Maju, Adil-Makmur, dan Berdaulat”.
Ia mengawali kuliah umumnya dengan menjabarkan sejumlah persoalan bangsa Indonesia dan peluang Indonesia menjadi negara maju, adil, makmur, dan berdaulat, yakni dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam dari sektor kelautan dan perikanan.
Salah satu hal penting yang digarisbawahi oleh Prof Rokhmin Dahuri adalah inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). “Sejarah dan fakta empiris membuktikan bahwa bangsa yang maju, makmur, dan berdaulat sejak masa kejayaan Romawi, era Keemasan umat Islam (Fathu Makkah 645 M – berakhirnya Khilafah Utsmaniyah Turki 1924 M), hingga hegemoni kapitalisme (1924 M – sekarang) adalah mereka yang memiliki sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang mampu menguasai, menghasilkan, dan menerapkan hasil riset (inovasi Iptek) dalam segenap aspek kehidupan bangsanya,” kata Prof Rokhmin Dahuri.
Sayangnya, kata Rokhmin, “Hampir semua indikator yang terkait dengan dengan kapasitas Iptek, riset, inovasi, dan kualitas SDM kita bangsa Indonesia, itu masih rendah (tertinggal).”
Rokhmin menegaskan, perguruan tinggi (kampus) memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. “Dan, kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa ditentukan oleh ekonomi berbasis inovasi,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu mengajak seluruh civitas akademika Unwir untuk terus meningkatkan peran dan kontribusi dalam pembangunan bangsa. Salah satu hal terpenting yang harus dilakukan oleh Unwir adalah terus meningkatkan invensi dan ovasi. “Invensi menghasilkan idea tau konsep baru, lalu inovasi mengubah konsep baru itu menjadi komersial atau penggunaan lebih luas,” tuturnya.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu lalu menjabarkan cara menginisiasi inovasi. Pertama, jangan takut gagal. “Kegagalan harus jadi pelajaran untuk perbaikan melakukan inovasi ke depan,” ujarnya.
Ia menegaskan, inovasi tidak akan terjadi tanpa risiko. Terobosan (inovasi) tidak akan terjadi; bila organisasi (pemerintah, swasta, industri, koperasi, lembaga pendidikan, dan lain-lain) terus bermain aman (di comfort zone). “Civitas akademika harus diyakinkan bahwa kegagalan adalah bagian dari eksperimen yang harus dilalui, demi inovasi,” kata Rokhmin yang juga penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2020 – 2024.
Kedua, perlu sumber daya, waktu, dan tempat berinovasi yang mencukupi dan tepat, serta SDM yang memiliki semangat (kekuatan) growth mindset.
Ketiga, orientasi eksternal. “Setiap civitas akademika Unwir perlu belajar dari realitas kehidupan di luar kampus: pemerintahan, industri (swasta), masyarakat, dan perguruan tinggi lain di dalam maupun luar negeri, terutama tentang kebutuhan iptek (inovasi),” kata Rokhmin yang juga ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan.
Keempat, menerapkan design thinking. “Inovasi berpusat (berawal) dari lapangan (bottom-up), bukan di pucuk pimpinan,” ujarnya.