Selasa 22 Jun 2021 06:05 WIB

Peneliti Terus Kaji Antibodi Alami Penyintas Covid-19

Peneliti coba bandingkan antibodi alami dengan mereka yang divaksinasi Covid-19.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Peneliti coba bandingkan antibodi alami dengan mereka yang divaksinasi Covid-19.
Foto: Pixabay
Peneliti coba bandingkan antibodi alami dengan mereka yang divaksinasi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli kesehatan masyarakat di India sedang mengerjakan penelitian untuk mengetahui tingkat efektivitas antibodi yang berkembang secara alami diantara para penyintas Covid-19. Dokter dan pakar kesehatan dari AIIMS, Delhi, bersama dengan lembaga medis pemerintah terkemuka lainnya di India seperti Patna, PGIMER Chandigarh, Christian Medical College, Vellore, BHU Varanasi terlibat dalam penelitian ini.

Studi yang masih dalam tahap awal ini akan membandingkan antibodi antara orang-orang yang telah divaksinasi dan penyintas Covid-19 yang belum divaksin. Berapa lama antibodi ini bertahan juga akan diperiksa. Para ahli mengatakan studi ini dapat membantu menentukan prioritas vaksinasi di India.

Baca Juga

"Mereka yang telah terinfeksi Covid-19 dan bergejala, mungkin telah menghasilkan antibodi yang telah berkembang secara alami setelah pemulihan. Kami mencoba untuk melihat apakah tingkat perlindungan yang diberikan antibodi itu sama dengan yang dihasilkan setelah divaksin Covid-19,” kata seorang sumber yang saat ini terlibat dalam studi seperti dilansir dari India Today, Senin (21/6).

Sebelumnya, Gugus Tugas Gabungan ahli kesehatan masyarakat juga telah memberi saran kepada pemerintah India agar penyintas Covid-19 tidak termasuk kelompok prioritas penerima vaksin. Mereka dianjurkan di vaksinasi, setelah ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksin bermanfaat bagi para penyintas Covid-19.

“Mengingat penularan infeksi yang cepat di berbagai bagian negara, tidak mungkin vaksinasi massal semua orang dewasa akan mengejar laju infeksi alami di antara populasi muda kita,” kata laporan itu.

Beberapa penelitian telah menunjukkan analisis ilmiah dasar ini. Sebuah studi kohort nasional yang dilakukan di Israel menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 dari Pfizer dan antibodi alami yang dikembangkan penyintas Covid terbukti sama-sama efektif menangkal virus.,

Namun di sisi lain, Lancet menerbitkan sebuah penelitian pada Maret 2021 yang disebut "Risiko re-infeksi SARS-CoV-2 setelah infeksi alami". Dalam studi tersebut, Christian Hansen dan rekannya melaporkan adanya indikasi infeksi ulang bagi para penyintas Covid-19.

"Secara umum, infeksi terdahulu memberikan perlindungan 80,5 persen terhadap infeksi ulang. Dan menurun menjadi 47,1 persen pada mereka yang berusia 65 tahun ke atas," kata penelitian tersebut.

“Kualitas, kuantitas, dan daya tahan kekebalan antibodi yang ditimbulkan oleh infeksi alami SARS-CoV-2 relatif buruk dibandingkan dengan tingkat antibodi penetral virus dan sel T yang jauh lebih tinggi yang disebabkan oleh vaksin yang saat ini diberikan secara global,” tambah studi itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement