REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati mengemukakan, orang yang mengalami efek samping dari penggunaan vaksin Covid-19 produksi Sinopharm secara umum lebih cepat membaik. Mereka pun tidak memerlukan pengobatan.
"Karena memiliki platform yang sama dengan vaksin Sinovac, maka profil efek sampingnya juga mirip," tutur Prof Zullies dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Prof Zullies menjelaskan, frekuensi kejadian efek sampingnya adalah 0,01 persen. Artinya, terkategori sangat jarang.
Dalam uji klinis, menurut Prof Zullies, ditemukan efek samping lokal yang ringan, seperti nyeri atau kemerahan di tempat suntikan. Sementara efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare, dan batuk.
Vaksin Covid-19 Sinopharm merupakan buatan China dan telah diujikan di beberapa negara. Vaksin Sinopharm telah masuk dalam list Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EUA) di China, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir dan Yordania, dan Indonesia.