REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah situasi Covid-19 yang kembali melonjak, pemberlakuan sekolah tatap muka tetap berjalan di sebagian tempat. Kendati dilakukan terbatas, hal itu dinilai tetap memiliki risiko kesehatan.
Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A (K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan memang sekolah tatap muka belum disarankan oleh IDAI. Munculnya varian baru menjadi pertimbangan kenapa sekolah tatap muka belum bisa direkomendasikan.
Meski begitu, IDAI memberikan beberapa syarat sekolah bisa dibuka kembali untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Saat pertengahan 2020, WSO mengemukakan persyaratan untuk dibukanya kembali sekolah, salah satunya adalah terkendalinya transmisi di daerah ketika positivity rate dari pemeriksaan swab PCR itu sudah rendah, kurang dari 5 persen.
“Kemudian angka kematian menurun, dan sepanjang ini kita jarang sekali mencapai positivity rate kurang dari 5 persen, selalu positivity rate kita sangat tinggi, padahal kalau kita bandingkan dengan jumlah tes nya, Indonesia juga masih sangat rendah, sehingga ini masih menjadi masalah,” kata Nastiti dalam acara bersama Dompet Dhuafa, belum lama ini.