REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengawas vaksin masih terus memantau dengan cermat 4.000 wanita yang melaporkan masalah menstruasi setelah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Perubahan siklus menstruasi sebetulnya tidak termasuk dalam daftar potensi efek samping.
Namun, terdapat ribuan laporan mengenai gangguan haid, terutama di antara mereka yang berusia 30 hingga 49 tahun. Angka resmi menunjukkan, 2.734 laporan masalah menstruasi yang terkait vaksin AstraZeneca tercatat di Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA) hingga 17 Mei.
Sebanyak 1.158 laporan lainnya terkait dengan suntikan vaksin Pfizer dan 66 terkait dengan orang yang telah menerima vaksin Moderna. Angka kejadiannya diperkirakan lebih banyak, namun tak terlaporkan.
Potensi efek samping tampak menstruasi berat sepertinya tidak menjadi perhatian dalam uji klinis pada ribuan orang. Namun, begitu diberikan kepada jutaan orang di seluruh dunia, efek samping yang lebih banyak baru dapat terlihat.
Para ahli meyakinkan perempuan penerima vaksin bahwa tidak ada peningkatan risiko masalah menstruasi setelah vaksinasi. Dengan begitu, tidak ada alasan untuk menambahkan daftar kemungkinan efek samping.
Di lain sisi, MHRA memang memasukkan gangguan menstruasi dalam laporan mingguannya tentang reaksi yang tak diharapkan. Ahli imunologi reproduksi di Imperial College London, Victoria Male, mengatakan, pastinya tidak semua orang akan melaporkan perubahan menstruasinya ke Kartu Kuning (skema MHRA bagi orang-orang untuk melaporkan dugaan efek samping) karena tidak semua orang tahu bahwa itu ada dan mereka dapat mengajukan laporan.
"Banyak orang telah menghubungi saya untuk memberi tahu saya tentang perubahan menstruasi mereka setelah vaksinasi, tetapi tidak ada hubungan yang jelas," kata Male.
Menurut Male, perempuan yang telah divaksinasi kebanyakan mengaku menstruasinya yang lebih berat atau lebih lambat dari biasanya, sangat mirip dengan laporan di Kartu Kuning.