REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Sebuah penelitian dari Johns Hopkins School of Medicine, Amerika Serikat, menemukan dua varian baru SARS-CoV-2 tidak menunjukkan bukti menimbulkan viral load yang lebih tinggi di saluran pernapasan bagian atas penderitanya dibandingkan dengan kelompok kontrol. Meskipun begitu, dua varian tersebut mengkhawatirkan karena memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi.
Untuk mengidentifikasi lebih lanjut, para peneliti menyelidiki varian yang pertama kali teridentifikasi di Inggris (B.1.1.7) dan varian yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan (B.1.351). Mereka mengevaluasi apakah pasien menunjukkan viral load yang lebih tinggi dan dampaknya terhadap masa penularan dan penularan virusnya.
Dalam penelitian itu, para peneliti memanfaatkan varian yang diidentifikasi menggunakan pengurutan seluruh genom (whole genom sequensing).
"Alasan mengapa varian ini menunjukkan transmisibilitas yang lebih tinggi belum jelas," kata Adannaya Amadi, penulis utama studi tersebut, dikutip dari Times now News, Rabu (23/6).