REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar mobil bekas ikut kecipratan dampak positif dari diskon pajak mobil baru yang diterapkan mulai Maret 2021. Owner Chelsea, Teddy Suhartadi mengatakan calon konsumen produk mobil baru terpaksa harus inden cukup lama karena permintaanya tinggi.
Padahal, sejumlah konsumen membutuhkan kendaraan dengan segera. Hal ini pun mendorong sejumlah konsumen beralih pada pasar mobil bekas agar kebutuhan kendaraan dapat segera terpenuhi.
Otomatis, hal ini pun membuat harga mobil bekas mengalami peningkatan. Menurutnya, sejumlah stok mobil best seller mengalami peningkatan harga jual sekitar 5 hingga 10 persen.
Ia pun bersyukur karena kondisi saat ini telah jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Dia mengaku, pada 2020, dealer mobil bekas milikinya sempat nyaris tak mencatat adanya transaksi sama sekali.
"Beberapa calon konsumen produk mobil baru terpaksa harus inden cukup lama karena permintaanya tinggi. Padahal, sejumlah konsumen membutuhkan kendaraan dengan segera. Hal ini pun mendorong sejumlah konsumen beralih pada pasar mobil bekas agar kebutuhan kendaraan dapat segera terpenuhi," kata
Meskipun, saat ini ia juga tengah merasa khawatir karena tingkat penularan Covid-19 kembali mengalami peningkatan. Ia berharap, semoga tingkat penularan tersebut dapat kembali menurun sehingga daya beli masyarakat tak lagi terganggu.
Terkait pertumbuhan pasar, Pengamat Otomotif, Bebin Juana menilai memang hal itu benar terjadi pada awal hingga pertengahan tahun ini. "Apalagi. faktanya pada lebaran kemarin masih banyak masyarakat yang mudik," kata Bebin.
Budaya mudik atau liburan saat lebaran sendiri memang dikenal cukup berpengaruh signfikan terhadap pasar. Baik itu pada pasar primer maupun sekunder. Karena, dalam momen itu masyarakat sangat membutuhkan kendaraan pribadi untuk menunjang beragam keperluan.
Ia juga menilai, salah satu segmen yang tetap diminati pada pasar mobil bekas adalah pada produk-produk yang tak bersinggungan langsung dengan produk baru dengan diskon pajak. Terutama untuk mobil pada kelas menengah ke atas.
"Market untuk produk pada kelas medium-up bisa dibilang berada pada level normal. Meskipun permintaan tak terlalu tinggi, tapi produk pada segmen ini pasarnya normal-normal saja mengingat produk ini tak bersingguan langsung dengan diskon pajak dan produk ini memang memiliki segmen pasar tersendiri," ucapnya.