REPUBLIKA.CO.ID, MUENCHEN -- Stadion Allianz Arena di Muenchen, Jerman tetap menyalakan warna pelangi ketika tim Panser melawan Hungaria dalam pertandingan ketiga penyisihan grup F Piala Eropa, Kamis (24/6) dini hari WIB. Hal tersebut bertentangan dengan keputusan Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) yang menolak stadion tersebut menyalakan warna pelangi sebagaimana yang diajukan Jerman sebelum laga ditengah ketegangan politik atas Undang-Undang anti-LGBT di Hungaria yang terus meningkat.
Ketegangan meningkat di lapangan maupun di luar lapangan. Para pemimpin Uni Eropa dan Hungaria saling bertikai atas undang-undang yang melarang konten pendidikan LGBT untuk anak-anak. Kepala UE bahkan mengecam karena itu sebagai aib.
Otoritas kota Muenchen sebelumnya merencanakan menyalakan warna pelangi di Stadion Allianz Arena selama pertandingan sebagai bentuk solidaritas kepada komunitas LGBT di Hungaria. Namun UEFA menolak permintaan tersebut.
Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengatakan, organisasinya tidak bisa menyerah kepada tuntutan populias para politisi. Di sisi lain, Jerman pun mengatakan bahwa badan sepak bola tersebut membuat pesan yang salah.
Beberapa menit sebelum kick-off, seorang penggemar yang mengenakan kaus Jerman mengibarkan bendera pelangi besar menghindari keamanan agar bisa masuk ke lapangan. Ia kemudian berlari di depan tim yang berbaris sebelum dijegal oleh steward lalu dibawa keluar.
Selain itu para aktivis di Jerman juga mengenakan rompi berlogo “rainbow to go” membagikan bendera pelangi kepada para penggemar ketika pintu stadion dibuka. “Saya tidak melihatnya sebagai politik dan saya pikir itu akan menjadi sinyal yang bagus,” kata Michael (51) salah satu penggemar Jerman, dilansir dari france24.
Namun suporter Hungaria, Csongor (39) justru menilai sebaliknya. Pelangi tersebut tak ada hubungannya dengan sepak bola. Menurutnya itu adalah kampanye melawan Hungaria, melawan timnas Hungaria dan pemerintah Hungaria.