REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah vaksin Covid-19 akhirnya tersedia untuk khalayak, segera saja kehadirannya menjadi salah satu topik pembicaraan terpanas. Ketika mengetahui seseorang telah divaksinasi, pertanyaan pertama mungkin tentang merek vaksin yang didapat.
Berlanjut dengan pertanyaan lain, yakni adakah efek samping setelah mendapatkan vaksinasi. Pakar kesehatan telah berusaha meyakinkan banyak orang bahwa efek samping adalah respons normal dari vaksinasi. Itu berarti vaksin bekerja dalam tubuh.
Akibatnya, orang yang tidak mengalami efek samping mulai bertanya-tanya apakah itu berarti vaksin mereka tidak bekerja. Meskipun mungkin terkesan seperti kebanyakan orang mengalami efek samping setelah mendapatkan vaksin, survei baru menunjukkan ternyata tidak demikian.
Jajak pendapat Economist/YouGov yang terbit pada 22 Juni menemukan bahwa 75 persen orang di Amerika Serikat (AS) tidak mengalami efek samping setelah menerima vaksin Covid-19. Survei tersebut juga mengungkap sejumlah hal yang bisa memengaruhi munculnya efek samping.
Beberapa di antaranya adalah faktor usia, suntikan apa yang diterima, pernah terserang Covid-19 sebelumnya atau tidak, serta variabel lain yang belum diketahui. Menurut survei, penerima vaksin Moderna adalah yang paling mungkin mengalami efek samping.
Dari seluruh peserta jajak pendapat, 28 persen penerima vaksin Moderna mengalami aneka reaksi. Sementara, hanya 19 persen dan 16 persen penerima vaksin Pfizer dan Johnson & Johnson yang melaporkan adanya efek samping setelah mendapatkan vaksinasi.
Survei tersebut juga menemukan bahwa orang berusia 30 hingga 44 tahun paling mungkin melaporkan efek samping, sementara orang di atas usia 65 tahun punya kemungkinan paling kecil. Sebelumnya dilaporkan bahwa sekitar setengah dari penerima vaksin tidak memiliki efek samping vaksin dalam uji klinis.
Ternyata, perbandingan jumlah antara yang mengalami efek samping dan tidak saat vaksinasi secara meluas tercatat jauh lebih besar. "Ketika Anda benar-benar melihat statistik dari uji coba, kebanyakan orang tidak memiliki efek samping. Sedikit di atas 50 persen tidak mengalami efek samping sama sekali," ujar Ketua Departemen Peradangan dan Kekebalan di Institut Penelitian Lerner Klinik Cleveland, Thaddeus Stappenbeck.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa efek samping umum dari vaksin Covid-19 termasuk kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, kedinginan, demam, dan mual. Sejumlah orang melaporkan nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di area yang disuntik.
Sebagian orang mungkin lega karena terhindar dari rasa tidak nyaman akibat efek samping setelah vaksinasi Covid-19. Akan tetapi, sebagian lain khawatir bahwa tidak adanya efek samping berarti vaksin tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam tubuh.
Menurut para ahli, belum tentu demikian. "Jika Anda mendapatkan vaksin dan tidak mengalami efek samping, itu tidak berarti bahwa tubuh tidak memulai respons imun yang kuat," kata dokter spesialis penyakit menular di Sanford Health, Wendell Hoffman.
Profesional medis lain telah menggemakan gagasan itu. Dokter umum Leana Wen menegaskan bahwa setiap orang merespons vaksin secara berbeda. Beberapa yang mengalami efek samping termasuk kondisi yang masih normal.
"Itu merupakan tanda bahwa tubuh menghasilkan respons imun yang akan membantu melawan Covid-19 jika terpapar di masa depan. Beberapa orang lain tidak memiliki efek samping, itu juga normal dan tidak ada alasan untuk percaya bahwa vaksin itu kurang efektif untuk mereka," ungkap Wen, dikutip dari laman Best Life Online, Kamis (24/6).