REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Selamat Ginting, Wartawan Senior Republika
Sutan Takdir Alisjahbana (STA), seorang sastrawan, budayawan dan ahli bahasa Indonesia terkemuka merasa gelisah. Gelisah melihat kondisi bangsanya yang baru saja merdeka dari penjajahan. Terutama dalam soal pendidikan dan kebudayaan.
Ia merasa beruntung bisa menyelesaikan pendidikan di Rechtshoogeschool (RHS) te Batavia (RHS te Batavia) atau Sekolah Tinggi Hukum Jakarta zaman penjajahan Belanda, pada 1942. RHS dibuka sejak 28 Oktober 1924 di Jakarta. RHS merupakan perguruan tinggi hukum pertama dan lembaga pendidikan tinggi kedua di Hindia Belanda. Empat tahun sebelumnya Technische Hoogeschool (THS) te Bandoeng (Sekolah Tinggi Teknik di Bandung) dibuka.
STA meraih gelar Meester in de Rechten (disingkat Mr.) Sebuah gelar yang diperoleh seseorang setelah menyelesaikan studi ilmu hukum pada sebuah universitas yang mengikuti sistem Belanda dan Belgia. Memahami ilmu hukum, ia kemudian mendirikan Perkumpulan Memajukan Ilmu dan Budaya (PMIK) pada 1946.
“STA tidak sendirian mendirikan PMIK, melainkan bersama tokoh-tokoh terkemuka Indonesia. Mula-mula PMIK hanya membuka 20 kursus, antara lain ekonomi, hukum, sosiologi, politik, dan filsafat,” kata Rektor Universitas Nasional (Unas) Dr El Amry Bermawi Putera, dalam sejumlah kesempatan. Ia mantan sekretaris pribadi STA pada era 1980-an.
Pujangga baru STA bersama kawan-kawannya tidak ingin masalah pendidikan menjadi beban pemerintah, karena itu mereka menggagas mendirikan perguruan tinggi swasta. Sebagai bagian integral perjuangan mengisi kemerdekaan Indonesia. Sekaligus memotivasi, meningkatkan dan menggairahkan kegiatan kebudayaan.
Pada akhir 1946, PMIK membuka SMA sore untuk memberi kesempatan kepada para pemuda agar bisa menamatkan SMA di saat Indonesia baru saja merdeka. Sesuai ketentuan hukum, PMIK kemudian bermetamorfosa menjadi Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan (YMIK).
Pada 1949, atas desakan sekitar 400-an orang lulusan SMA Republik Indonesia, pada 1 Oktober 1949, PMIK mengumumkan dibukanya Akademi Nasional, embrio dari Unas. Sebuah lembaga pendidikan tinggi yang awalnya memiliki lima fakultas, yaitu: Fakultas Sosial, Ekonomi dan Politik, Fakultas Biologi, Fakultas Matematika dan Fisika, Fakultas Sastra Indonesia, dan Fakultas Sastra Inggris.
Kuliah pertamanya dilakukan pada 15 Oktober 1949. Tanggal ini kemudian menjadi momentum yang mengawali perjuangan dan perjalanan sejarah Unas. Lima fakultas itu tercatat sebagai fakultas tertua di perguruan tinggi yang didirikan anak bangsa. Termasuk Fakultas Biologi Unas. Inilah fakultas biologi tertua di Indonesia.
Awalnya, kata El Amry Bermawi Putera, perkuliahan dilakukan sore hingga malam hari. Hal itu dilakukan agar para pegawai negeri dan pegawai swasta yang bekerja pagi hari bisa melanjutkan kuliah pada sore hingga malam hari. “Itulah semangat pendirian Unas. Bukan untuk komersialisasi, namun agar bangsa ini tidak bodoh.”