REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinasi untuk mencegah Covid-19 telah dilakukan di banyak negara seluruh dunia. Ini merupakan langkah yang diyakini dapat mengurangi dampak pandemi yang terjadi selama hampir dua tahun terakhir.
Di Amerika Serikat (AS), vaksinasi Covid-19 secara lengkap telah diberikan kepada 151 juta orang atau 45,9 persen populasi di negara itu. Meski demikian, tak sedikit yang mungkin tetap terinfeksi virus setelah mendapatkan vaksin, karena sejak awal tidak ada vaksin yang memiliki efektivitas hingga 100 persen.
Yang jelas, vaksin bisa menjadi alat untuk menurunkan risiko keterpaparan virus serta mengurangi tingkat keparahan gejala jika terpapar. Vaksin juga bekerja secara berbeda-beda pada setiap orang.
Salah satu warga Amerika bernama Kevin mengatakan bahwa dirinya terinfeksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) setelah mendapatkan vaksinasi secara lengkap pada Maret. Namun, ia merasa bahwa gejala yang dialami cukup ringan.
"Pada akhirnya, vaksinasi tetap berhasil. Saya tidak sakit seperti orang yang terkena Covid-19 sebelum vaksinasi tersedia," ujar Kevin, dikutip dari Indian Express (28/6).
Para ahli mengatakan, risiko orang yang divaksinasi Covid-19 dan kemudian terinfeksi virus sebenarnya rendah. Namun, itu masih bisa terjadi dan ada beberapa hal yang perlu diketahui.