REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Kelompok praktikum manajemen event Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama warga dusun Nanasan mengadakan Event bertajuk “Gumebyaring Tomboan”. Kegiatan yang dilaksanakan melalui teater ini mengangkat nilai asah, asih, dan asuh dari sejarah Situs Patirtaan Ngawonggo.
Ketua Panitia Aprilia Seva Ovi mengatakan, agenda Gumebyaring Tomboan menghadirkan sejumlah budayawan, seniman dan duta budaya Jawa Timur (Jatim) 2021. Bahkan, juga turut dihadiri lebih dari 120 tamu dari berbagai elemen masyarakat. "Dan kegiatan berlangsung sejak pukul 10.00 hingga 14.00 WIB," kata Aprilia, Senin (28/6).
Aprilia mengaku, timnya sengaja memilih Situs Patirtaan Ngawonggo dan Tomboan sebagai konsep kegiatan. Hal ini karena tempat tersebut memiliki konsep unik yang dapat menjadi diferensiasi dari lokasi singgah yang lain. Contohnya, bagaimana pengelola memberikan pelayanan kepada tamu yang berkunjung ke situs dengan memberikan suguhan wedang, jajanan hingga makanan utama (nasi empok, urap, lodeh, botok).
"Adanya prinsip asah, asih dan asuh yang diberikan situs ini menjadi hal utama sebagai bahan edukasi di tengah zaman saat ini," jelasnya.
Pada kegiatan Gumebyaring Tomboan, mulanya tamu diantarkan ke situs. Lalu mereka diajak untuk mengetahui sejarah di balik Situs Patirtaan Ngawonggo.
Di kesempatan serupa, para tamu juga diperkenalkan benda-benda peninggalan bersejarah yang ditemukan di area sekitar situs. Benda-benda tersebut antara lain fragmen keramik cina, tulang, gerabah, pipisan, lampung dan bata. Fragmen tersebut termasuk peninggalan kerajaan Medang Kamulan dan selama ini belum pernah dipamerkan sebelumnya.
Berbeda dari biasanya, event ini juga mengenalkan permainan tradisional sebagai pelengkap suasana tempo dulu. Beberapa di antaranya seperti egrang, dakon, dan engklek yang dibuat sendiri oleh warga sekitar Tomboan. Seluruh tamu yang hadir dapat mencoba permainan tradisional yang telah disediakan.
Selain itu, acara yang ditujukan untuk edukasi nilai asah, asih dan asuh juga disajikan melalui kolaborasi bersama warga setempat. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk teater rakyat yang bercerita mengenai kehidupan sederhana ala desa serta tata krama bertingkah, berbahasa dan berbusana. Penampilan teater istimewa ini juga menggunakan area Tomboan sebagai panggung teater sehingga latar tempatnya tetap sederhana dan terkesan natural. "Selanjutnya, event ini ditutup oleh permainan gejog lesung sebagai simbol kerukunan dan kekompakan," ucapnya.
Sementara itu, Duta Budaya Jatim, Dwi Retno Puspitasari menyatakan apresiasinya atas kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa UMM. Menurut dia, agenda ini bagus dan tim berhasil telah mempersiapkannya dengan baik. Dwi berharap agenda tersebut bisa berlanjut karena selama ini jarang yang mengusung konsep budaya seperti yang dilakukan mahasiswa UMM.