REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru saja meluncurkan Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri Dosen Perguruan Tinggi Vokasi bagi seluruh insan vokasi di Tanah Air.
Program ini berbasis pada demand driven, yaitu riset yang digerakkan berdasarkan permintaan dan kebutuhan guna menyelesaikan masalah nyata di dunia usaha dan dunia industri (DUDI), pasar, maupun masyarakat. Program ini didanai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan alokasi sebesar Rp25,5 miliar.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, mengatakan riset terapan di pendidikan tinggi vokasi merupakan bagian dari link and match antara institusi pendidikan dengan industri.
Melalui program ini, fokus utama hasil riset terapan harus berujung pada peningkatan produktivitas di industri, peningkatan nilai tambah produk dalam negeri, atau dalam bentuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga impaknya dapat dirasakan secara nyata.
“Filosofi riset terapan vokasi adalah start from the end yang artinya mulai dari belakang, ada persoalan dan kebutuhan nyata yang kemudian menjadi faktor para dosen untuk meriset. Mindset ini harus dikembangkan sehingga riset bukan hanya eskplorasi intelektual sang peneliti, namun riset yang dirancang dari pergulatan sang peneliti dengan problematika riil yang dihadapi industri, UMKM, dan juga masyarakat,” tutur Dirjen Wikan saat membuka Webinar Sosialisasi dan Peluncuran Program, Senin (29/6).
Dirjen Wikan menjelaskan, skema program riset terapan sejalan dengan tujuan pendidikan vokasi, yaitu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan DUDI.
Hal ini perlu ditunjang kolaborasi, sinergi, dan komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) agar tercipta ekosistem riset yang kokoh. Multidisiplin, menjadi salah satu kunci pada pelaksanaan program pengembangan riset keilmuan terapan ini.
“Program ini hendak membangun ekosistem riset terapan, caranya adalah riset-riset terapan di program ini harus bersifat multidisiplin dan kolaboratif dengan DUDI dan masyarakat. Melalui program ini kita memperkuat sinergi dosen dari beragam disiplin ilmu, bisa dari politeknik dengan universitas, dari dosen diploma atau sarjana terapan dengan dosen S-1, S-2, dan S-3, bahkan para mahasiswa pun ikut dilibatkan dalam riset ini,” ujarnya, sembari menambahkan bahwa pelaksanaan program riset terapan, terutama bagi mahasiswa akan berimplikasi langsung dengan kurikulum dan project based learning (PBL).
Dirjen Wikan berharap, dengan membangun ekosistem pengembangan riset terapan yang kondusif di perguruan tinggi vokasi, para mahasiswa vokasi setelah lulus akan semakin cepat terserap di dunia kerja, bahkan memiliki kemampuan mandiri untuk mendirikan start up. “Dengan ekosistem yang dibangun ini kita harapkan mereka bisa menjadi entrepreneur atau sociopreneur,” imbuh Dirjen WIkan.
Peluncuran Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen Perguruan Tinggi Vokasi ini turut didukung DUDI melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Organisasi, Anindya Bakrie mengungkapkan, beragam persoalan ketenagakerjaan terjadi di masa pandemi Covid-19.
Dalam hal ini, UMKM yang menempati 97 persen dari total usaha mengalami berbagai tantangan sehingga butuh SDM yang kompeten, terampil, kreatif, dan inovatif supaya tetap bisa menjadi penggerak perekonomian nasional. Menurut dia, pendidikan dan pelatihan vokasi menjadi langkah jangka panjang bagi peningkatan daya saing bangsa.
“Apa yang kita diskusikan hari ini bersama Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dan LPDP, juga inisiatif yang dilakukan adalah sesuatu yang memang tepat pada waktunya dan tepat sasarannya,” sebut Anindya.