REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Jumlah profesor di Universitas Brawijaya (UB) Malang kembali bertambah dua orang. Keduanya masing-masing ahli di bidang ilmu kimia analitik dan ekologi tanaman.
Pertama, terdapat Ani Mulyasuryani yang kini dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu kimia analitik. Yang bersangkutan termasuk profesor aktif ke-24 dari Fakultas MIPA. Sementara di tingkat UB, Ani merupakan profesor ke-281 dari seluruh bidang keilmuan.
Pada orasi ilmiah, Profesor Ani memaparkan sensor elektrokimia untuk mendeteksi residu pestisida pada sayur dan buah. Menurut Ani, penggunaan pestisida secara berlebihan, tidak tepat dan ilegal masih terjadi. "Beberapa peneliti bahkan menemukan kadar residu pestisida pada teh komersial," kata Ani di Kota Malang, Rabu (30/6).
Melihat situasi tersebut, Ani menilai, sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian untuk mengontrol secara berkelanjutan. Menurut dia, kondisi ini memerlukan suatu alat atau metoda untuk mendeteksi kadar pestisida dalam pangan.
Ani tak menampik, saat ini sudah ada metode yang direkomendasikan SNI untuk penentuan kadar residu pestisida. Namun ini masih memerlukan preparasi sampel yang cukup panjang sehingga akan terjadi penumpukan sampel. Selain itu, diperlukan seorang operator yang mempunyai kompetensi khusus.
Dengan metode elektrokimia, kata Ani, ini dapat dipertimbangkan sebagai solusi untuk deteksi residu pestisida. Sebab, metode ini sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi instrumen yang portable. "Yang bisa untuk mengontrol keamanan pangan," jelasnya.
Menurut Ani, sensor elektrokimia dapat diaplikasikan untuk mendeteksi kadar residu pestisida klorpirifos dalam sampel buah dan sayur. Sensor elektrokimia untuk deteksi klorpirifos terdiri datas tiga jenis dengan fungsi masing-masing. Yakni, sensor klorpirifos berbasis enzim, berbasis MMIP dan berbasis komposit nanopartikel.
Selain Ani, Nurul Aini juga dikukuhkan sebagai profesor bidang Ekologi Tanaman. Dia merupakan profesor aktif ke-42 dari Fakultas Pertanian UB. Kemudian juga termasuk profesor aktif ke-198 di UB dan ke-282 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Pada kesempatan orasi ilmiah, Nurul mengungkapkan, penelitiannya terkait strategi pengelolaan produksi tanaman untuk peningkatan produktivitas lahan salin. Menurut Nurul, salinitas tanah merupakan salah satu ancaman bagi keberlanjutan pertanian hampir semua negara di dunia termasuk Indonesia. Ini termasuk proses meningkatnya kadar garam mudah larut di dalam tanah sehingga mengakibatkan terbentuknya tanah salin.
Salinitas pada tanah di Indonesia umumnya terjadi di lahan pertanian dekat pantai. Situasi ini biasanya disebabkan oleh intrusi air laut. "Hal ini sebagai akibat meningkatnya permukaan air laut karena perubahan iklim," kata Nurul.
Di samping itu, pencemaran limbah dan eksploitasi air tanah juga termasuk penyebab terjadinya salinitas tanah. Kebanyakan tanaman yang mengalami cekaman salinitas menunjukkan penurunan pertumbuhan dan hasil. Hal ini karena kadar garam tinggi dan turunnya potensial air tanah sehingga menghambat penyerapan air dan unsur hara oleh akar tanaman.
Berdasarkan situasi tersebut, Nurul berpendapat, perlu adanya peningkatan hasil per satuan luas lahan. Yakni, dengan meningkatkan Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) melalui pengaturan pola tanam yang tepat.
Selain itu, juga diperlukan penanganan secara simultan baik dari sisi pendekatan tanaman maupun modifikasi lingkungan. Langkah ini bertujuan agar lahan yang mengalami salinitas dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman dengan hasil tinggi.