REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melangsungkan gelaran wisuda pada Selasa (29/6) lalu. Wisuda UMM yang ke-100 tersebut dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat China (RRC) Djauhari Oratmangun, dan juga Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Kunjung Masehat, S.H., MH. Adapun agenda ini dilangsungkan secara daring dan luring dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat.
Mengawali agenda dengan sambutan, Dr. Fauzan, M.Pd. selaku rektor UMM mengungkapkan bahwa reputasi UMM telah diakui dan mendapatkan rekognisi internasional. Terbukti dengan penetapan kampus putih sebagai kampus Islam terbaik dunia pada awal tahun 2021. Disusul dengan predikat kampus bintang tiga yang didapat dari lembaga pemeringkatan QS Stars.
“Satu dari dua aspek UMM yang mendapat nilai sempurna yakni employability. Ini menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh alumni kampus putih ini layak untuk bersaing di nasional bahkan juga internasional,” tuturnya.
Pada gelaran wisuda itu pula dilaksanakan penyerahan sertifikat kelayakan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) UMM yang diserahkan oleh Kunjung Masehat selaku ketua BNSP. Usai penyerahan, Masehat dalam sambutannya mengatakan pengakuan yang didapat UMM dari berbagai lembaga internasional membuktikan, bahwa sistem yang berlaku di kampus putih ini bisa diterima dengan baik di dunia industri. Menurutnya, sistem tersebut juga sudah link dan match dengan kebutuhan dunia industri yang ada. “Bahkan tidak hanya disiapkan untuk bekerja, di sini para mahasiswa juga didorong dan dibekali kemampuan untuk creating the job, menciptakan lapangan pekerjaan,” ungkap Masehat.
Sementara itu, Djauhari Oratmangun yang hadir secara virtual dari Beijing mengawali orasi ilmiahnya dengan mengajak para wisudawan untuk membayangkan keadaan di 20 tahun yang akan datang. Momen di mana tongkat estafet sudah dipegang oleh mereka.
“Pada 2045 nanti, saat NKRI memperingati 100 tahun kemerdakaan akan ada berbagai pertanyaan yang mendatangi saudara. Pertama adalah bagaimana kontribusi saudara terkait pembangunan manusia. Kemudian juga pembangunan ekonomi yang berkelanjutan serta pemerataannya. Lalu yang terakhir adalah pemantapan ketahanan nasional,” ujarnya.
Djauhari juga menerangkan bahwa sebelum pandemi, perkenomian Indonesia terus berkembang. Terbukti dengan pertumbuhan ekonominya yang mencapai 5,02 persen.
Namun sayang, pandemi datang disusul dengan resesi global yang mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia dengan kontraksi minus 2,07 persen.
“Meski begitu, ada banyak perkembangan positif terkait kerjasama bilateral Indonesia. Terakhir, kedua negara sepakat untuk menjalin kerjasama kemitraan strategis komprehensif di berbagai bidang. Dirangkum dalam tiga pilar yaitu politik keamanan, politik ekonomi dan sosial budaya. Selain itu kedua negara juga melakukan sinergi program pembangunan bersama pada 2018 lalu,” lanjutnya.
Menurut Djauhari, pandemi yang terjadi sama sekali tidak mengendorkan kerja sama keduanya, justru semakin erat dan baik. Kerja sama di berbagai bidang dilakukan hingga berdampak pada penyediaan lapangan kerja di Indonesia melalui pembukaan kawasan industri.
“Secara khusus, saya melihat ada peluang besar di bidang ekonomi digital. Apalagi adanya daya tarik yang luar biasa dari generasi muda termasuk para wisudawan dan wisudawati yang hadir hari ini. Jika dilihat, Tiongkok merupakan negara ekonomi digital terbesar kedua dengan 162 unicorn serta transaksi e-commerce yang mencapai 2,4 triliun dollar AS. Indonesia juga memiliki potensi yang luar biasa dengan lima unicorn dan satu decacorn serta transaksi e-commerce sebesar 44 miliar dolar AS,” ungkapnya.
Di samping itu, adapula kerja sama lain di bidang infrastuktur kesehatan. Sebut saja kerjasama produksi vaksin dan juga pelayanan kesehatan. Begitupun dengan pembangunan manusia.
Djauhari mengatakan ada berbagai program yang memungkinkan warna negara Indonesia untuk mengembangkan potensinya. Disediakan berbagai beasiswa jenjang sarjana dan juga pendidikan vokasi bagi warga Indonesia.
Maka dari itu, dijelaskan Djauhari, generasi muda termasuk wisudawan sebagai pengemban tongkat estafet selanjutnya harus memanfaatkan eratnya kerja sama kedua negara. Apalagi melihat ekonomi digital RRC yang harus dimanfaatkan dan menjadi pelecut agar mampu mengambil bagian serta menentukan arah positif bagi Indonesia.
“Semua orang punya peran. Upaya positif apapun memiliki kontribusi bagi kejayaan bangsa yang kita cintai ini. Jadi teruslah berkarya dan bermanfaat bagi sesama. Sekali lagi selamat, semoga para wisudawan bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan baik ke depannya,” pungkasnya dalam orasi.