REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengonfirmasi,delta telah menjadi varian Covid-19 yang mendominasi di AS. Berdasarkan data, varian delta bertanggung jawab atas 51 persen kasus secara nasional saat ini.
Para ahli dan pejabat semakin khawatir bahwa wilayah negara dengan tingkat vaksinasi rendah akan mengalami lonjakan karena versi mutasi virus yang sangat menular, yang beredar di antara penduduk. Namun, bagaiaman dengan orang yang sudah melakukan vaksinasi?
Data baru menjelaskan seberapa ampuh setiap vaksin yang tersedia di AS melindungi seseorang dari varian delta. Menurut sebuah penelitian yang dirilis Kementerian Kesehatan Israel, vaksin Pfizer tampaknya kurang protektif terhadap varian delta daripada jenis lainnya. Data yang dikumpulkan antara 6 Juni hingga awal Juli menemukan, kemanjuran vaksin turun dari 94 persen menjadi 64 persen efektif terhadap Covid-19 dari varian tersebut.
Namun, meskipun mungkin tidak menghentikan penyebaran virus, tetapi ada kabar baik. Data penelitian Israel juga menemukan, vaksin Pfizer masih 94 persen efektif dalam mencegah penyakit parah karena varian baru, atau turun dari 97 persen.
Pfizer tidak sendirian dalam melihat efektivitasnya berkurang oleh jenis baru. Dalam pernyataan yang dirilis Moderna, perusahaan mengumumkan, vaksin mRNA Covid menunjukkan hasil yang menjanjikan terhadap varian delta, meskipun ada penurunan respons kekebalan dibandingkan jenis virus lain. Sebaliknya, hasil menunjukkan, ada pengurangan 2,1 kali lipat dalam respons antibodi yang dihasilkan saat menangani mutasi terbaru.
Moderna menunjukkan, vaksinnya masih memicu respon antibodi terhadap semua varian yang diujinya. Menariknya, vaksin itu sebenarnya lebih efektif dalam memproduksi antibodi terhadap varian delta daripada varian beta, yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan beberapa bulan lalu.
Belum ada penelitian yang dilakukan pada vaksin Johnson & Johnson (J&J) dosis tunggal dan efektivitasnya terhadap varian delta. Namun, perusahaan mengumumkan bahwa penelitian menunjukkan suntikan menghasilkan aktivitas yang kuat melawan varian delta, yang menyebar dengan cepat daripada varian lain.
“Kami percaya vaksin kami menawarkan perlindungan yang tahan lama terhadap Covid-19 dan memunculkan aktivitas penetralan terhadap varian delta,” kata Wakil Ketua Komite Eksekutif dan Chief Scientific Officer di Johnson & Johnson, Paul Stoffels dilansir Best Life, Kamis (8/7).
Penasihat penanganan Covid-19 di Gedung Putih Anthony Fauci menjamin keefektifan vaksin sekali suntik. “Mengenai gagasan boosting, ada banyak pembicaraan tentang itu, tetapi saat ini, saya pikir kita masih perlu mengingat, pada kenyataannya, vaksin J&J adalah vaksin yang sangat efektif yang telah direkomendasikan dengan sangat jelas dan telah diterima izin penggunaan darurat," ujar dr. Fauci.