REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Helikopter Ingenuity milik Badan Antariksa Amerika (NASA) baru saja menyelesaikan misi terberatnya di Mars. Selama penerbangan kesembilan dan terbaru, kendaraan seberat empat pon ini meluncur melalui langit planet itu, di atas apa yang disebut sebagai ‘medan tidak bersahabat’.
NASA mengatakan dua penerbangan Ingenuity sebelumnya membuat pesawat sejalan dengan penjelajah Mars lainnya, Perseverance. Penerbangan terbaru ini membawa helikopter melewati medan yang terlalu sulit untuk dilalui.
“Perseverance berada di tepi timur wilayah yang menarik secara ilmiah, disebut 'Séítah,' yang ditandai dengan riak berpasir yang bisa menjadi medan yang sangat menantang untuk kendaraan beroda seperti pesawat,” ujar kepala pilot Ingenuity Håvard Grip dan kepala mekanik, Bob Balaram, dalam unggahan blog yang dirilis tepat sebelum penerbangan Ingenuity, dilansir Popular Mechanism, Kamis (8/7).
#MarsHelicopter pushes its Red Planet limits. 🚁
The rotorcraft completed its 9th and most challenging flight yet, flying for 166.4 seconds at a speed of 5 m/s. Take a look at this shot of Ingenuity’s shadow captured with its navigation camera. https://t.co/TNCdXWcKWE pic.twitter.com/zUIbrr7Qw9
— NASA JPL (@NASAJPL) July 5, 2021
Gambar-gambar yang ditangkap oleh Ingenuity selama penerbangan dapat memberikan wawasan kepada para ahli geologi tentang bagaimana fitur-fitur bergelombang itu terbentuk. Ingenuity terbang selama lebih dari 2,5 menit pada klip sekitar 16 kaki (5 meter) per detik.
Pesawat mencakup area seluas 2.051 kaki, atau 625 meter, memecahkan banyak rekor dalam prosesnya. Penerbangan 9 Ingenuity juga memperluas batas sistem navigasi helikopter, yang dirancang untuk beroperasi di atas permukaan yang lebih datar.
Ingenuity mengambil gambar permukaan Mars, kemudian algoritma komputer mempelajari gambar-gambar itu dan membantu helikopter membuat keputusan sepersekian detik tentang di mana harus mendarat dengan aman. Tetapi algoritme dirancang untuk membuat keputusan ini dengan asumsi bahwa tanahnya akan datar.
NASA mengatakan ada kemungkinan lereng tinggi dan undulasi yang ditemukan di Séítah dapat membingungkan sensor Ingenuity. Untuk menjelaskan hal ini, helikopter melambat di medan yang paling kompleks.
Beruntung, untuk pesawat rotor, rencananya berhasil, dan penerbangan tampaknya berjalan lancar. Ingenuity pertama kali naik ke langit untuk lompatan pendek 30 detik pada 19 April. Dari sana, helikopter menghadapi beberapa masalah.
Sebuah kesalahan perangkat lunak menunda penerbangan keempat Ingenuity pada akhir April. Namun, para insinyur helikopter segera mengidentifikasi dan memperbaikinya.
Bulan lalu, selama penerbangan keenamnya, kesalahan komputer menyebabkan helikopter miring ke depan dan ke belakang di tengah penerbangan. Beruntung, tim NASA dengan cepat mengidentifikasi masalah dan menyelesaikannya dan sejak itu, semuanya berjalan lancar.