REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi mengungkapkan sekitar satu dari enam orang penyintas Covid-19 mengalami detak jantung tidak teratur selama lebih dari empat bulan setelah mengembangkan gejala awal Covid-19. Namun, hal ini masih diteliti lebih lanjut.
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh JAMA Network Open menemukan bahwa komplikasi ini lebih umum di antara mereka yang menderita batuk, nyeri tubuh, dan sesak napas sebagai gejala awal virus. Data menunjukkan bahwa mendiagnosis kondisi tersebut dapat membantu mengidentifikasi orang dengan peradangan yang sedang berlangsung atau masalah sistem kekebalan.
"Melacak perubahan fisiologis secara berkelanjutan, seperti detak jantung saat istirahat, dengan menggunakan pelacak kebugaran, dapat membantu kami mengidentifikasi individu yang mengalami peradangan berkelanjutan atau disfungsi kekebalan otonom sebagai akibat dari infeksi Covid-19," kata penulis studi Jennifer Radin, dilansir laman United Press International pada Kamis (8/7).
Radin menyebut, tingkat energi bagi banyak orang, yang diukur dengan jumlah langkah harian, tidak kembali normal hingga kira-kira 30 hari setelah timbulnya gejala Covid-19. Orang dengan penyakit ini juga membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali ke tingkat tidur dan energi yang normal dibandingkan mereka yang memiliki gejala serupa yang tidak terinfeksi virus.
"Data sensor membantu mengukur secara objektif dampak fisiologis Covid-19," kata dia.