Oleh : Direktur Moderation Corner Jakarta (MCJ), Khariri Makmun
REPUBLIKA.CO.ID, — Papua merupakan salah satu provinsi di sisi paling timur Indonesia yang kaya akan sumber daya alam yang menjadikannya dipandang sebagai “surga kecil” oleh banyak kalangan. Sejak Papua kembali pangkuan Ibu Pertiwi, wilayah ini masih sering berada dalam keadaan kurang stabil sampai dengan saat ini.
Dibutuhkan diplomasi yang panjang untuk mempertahankan tanah Papua menjadi bagian dari Indonesia. Mulai dari Konferensi Meja Bundar sampai dengan konfrontasi dengan menggelar Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) yang berhasil mengibarkan bendera Indonesia di tanah Papua untuk yang pertama kalinya.
Perjuangan dan jerih payah perjuangan bangsa Indonesia terbayar dengan ditandatangani perjanjian New York, dimana Belanda menyerahkan West Papua kepada Indonesia melalui United Nations Temporary Executive Authority. Pada akhirnya, Papua Barat masuk ke dalam Indonesia setelah dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) yang sebagian masyarakat Papua memilih untuk bergabung dengan Indonesia.
Pemerintah menganggap persoalan Papua telah selesai dilihat dari konteks kesejarahan dan mulai fokus untuk membangun Papua, terutama dengan diberlakukannya otonomi khusus. Namun, segelintir oknum kelompok masyarakat masih terus dan sengaja memperkeruh stabilitas sosial dan keamanan di wilayah Papua dengan selalu mengangkat isu SARA, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh aparat keamanan dan eksploitasi sumber daya.
Kelompok tersebut karena mempunyai agenda merdeka, berupaya untuk menggolkan tujuan mereka, meskipun dengan mengorbankan stabilitas, keamanan dan kenyamanan masyarakat Papua, dan menyebarkan provokasi agar masyarakat tidak puas terhadap pemerintah.
Hasil survei yang dirilis Pusat Penelitian, Pengembangan, Bimbingan Masyarakat, Agama, dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama RI tentang indeks kerukunan umat beragama di Indonesia dalam 2019 menunjukkan Papua Barat dan Papua sebagai dua wilayah yang juga mendapatkan nilai tinggi terkait Kerukunan Umat Beragama. Kondisi demikian merupakan modal sosial Papua yang dapat menjadi kekuatan dalam menyatukan keberagamaan dan ketenangan di wilayah Papua.
Tokoh agama memiliki peran penting dalam menjaga kerukunan dan keharmonisan umat beragama, terlebih di tanah Papua, peran agama dan tokoh sangat diagungkan oleh masyarakat. Dalam hal inilah tokoh agama harus mempunyai peran yang strategis untuk menghadapi fenomena permasalahan semacam ini, karena agama semestinya mendatangkan keadilan dan kebahagiaan bagi penganutnya.
Namun sangat disayangkan adanya oknum pemuka agama yang yang justru memanfaatkan agama untuk memperjuangkan kepentingan mereka, bukan kepentingan umat. Mereka membangun narasi yang tidak objektif, sehingga menciptakan situasi yang tidak kondusif. Tokoh agama tersebut tampaknya tidak peduli konsekuensi dari narasi yang dibangunnya yang akan membuat jemaatnya ikut merasakan situasi yang tidak kondusif.