REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pandemi Covid-19 di Indonesia menuntut semua lini bisnis beradaptasi dengan situasi tatanan normal baru. Inovasi menjadi kunci untuk bertahan di tengah kesulitan ekonomi. Filosofi inilah yang dipegang brand tata busana lokal Roughneck 1991. Jenama yang berdiri sejak 2015 ini sebelumnya memiliki kekuatan di sektor penjualan daring. Namun keganasan pandemi Covid-19 di Bumi Nusantara memaksa Roughneck 1991 bertransformasi.
Alokasi dana 80 persen hasil penjualan daring disiapkan untuk pengembangan sistem yang juga daring. Melalui strategi dan perhitungan yang detil dan cermat, brand ini kini telah menuai tuahnya.
Meski terbilang anak kemarin sore di bidang penjualan daring, karya dari Roughneck 1991 yang mayoritas dibuat untuk kaum Adam laris manis di berbagai platform market place. "Kami harus berinovasi jika tidak ingin ditinggalkan. Beruntungnya di masa pandemi ini banyak market place menawarkan promo yang menurut kami tidak hanya menguntungkan konsumen tapi juga produsen. Kami selalu ambil bagian dan hasilnya sangat memuaskan," kata Rusli Ikhwan Co-Founder Roughneck 1991.
Berdasarkan data yang dihimpun, penjualan Roughneck tumbuh sangat pesat. Bahkan di salah satu market place terkemuka, Roughneck mencatat jumlah lebih dari sepuluh kali lipat transaksi dalam beberapa event yang diselenggarakan. Salah satu produk unggulannya yakni RS404 ultimate hoodie. Pencapaian ini otomatis menempatkan brand asal Kota Depok, Jawa Barat ini berada di jajaran lima besar jenama tata busana lokal terlaris.
"Selain mengikuti promo event, Rougneck juga mulai memanfaatkan pasar digital untuk menjual produknya ke mancanegara. Roughneck tidak takut bersaing dengan produk fashion luar negeri. Ekspor merupakan impian setiap produsen. Kami yakin produk kami mampu bersaing di mancanegara. Apalagi kami mempersiapkan ini dengan matang. Prinsip kami go big or go home," kata Rusli.