Selasa 13 Jul 2021 10:38 WIB

Prof Zullies Ulas Klaim Lois Owien Soal Interaksi Obat

Dr Lois Owien kerap membuat pernyataan kontroversial soal Covid-19.

Perawat menyiapkan suntikan obat untuk pasien Covid-19. Interaksi obat tidak bisa digeneralisir semuanya berkonotasi berbahaya.
Foto: AP/Jorge Saenz
Perawat menyiapkan suntikan obat untuk pasien Covid-19. Interaksi obat tidak bisa digeneralisir semuanya berkonotasi berbahaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dr Lois Owien yang kerap membuat pernyataan kontroversial tentang Covid-19 telah ditangkap, Ahad (12/7) sore. Dokter umum yang menggeluti anti aging itu juga membuat klaim bahwa virus corona tidaklah nyata dan pasien Covid-19 meninggal kebanyakan akibat dari interaksi obat.

Apa yang sebetulnya dimaksud dengan interaksi obat? Guru besar farmasi UGM Prof Zullies Ikawati, PhD, Apt menjelaskan bahwa interaksi obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain ketika digunakan bersama-sama pada seorang pasien.

Baca Juga

"Secara umum, interaksi ini dapat menyebabkan meningkatnya efek farmakologi obat lain (bersifat sinergis atau aditif), atau mengurangi efek obat lain (antagonis), atau meningkatkan efek yang tidak diinginkan dari obat yang digunakan," ujar Zullies, dikutip dari keterangan yang diterima Antara.

Dengan begitu, sebenarnya interaksi ini tidak semuanya berkonotasi berbahaya. Sebab, ada interaksi obat yang menguntungkan, ada yang merugikan.

"Jadi tidak bisa digeneralisir, dan harus dikaji secara individual," ungkap Zullies.

Banyak kondisi penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat untuk terapinya, apalagi jika pasien memiliki penyakit lebih dari satu (komorbid). Hal serupa juga terjadi pada kasus pasien-pasien Covid-19 yang memiliki komorbid.

Hipertensi, misalnya, tidak bisa terkontrol hanya dengan obat tunggal. Kadang, penyakit tekanan darah tinggi ini membutuhkan obat antihipertensi lain yang dikombinasikan dengan dua atau tiga obat antihipertensi lainnya.

Dalam kasus ini, Zullies menjelaskan bahwa pemilihan obat yang akan dikombinasikan harus tepat. Tiap obat harus memiliki mekanisme yang berbeda.

"Ibarat menangkap pencuri, dia bisa diadang dari berbagai penjuru. Dalam hal ini, obat tersebut dapat dikatakan berinteraksi, tetapi interaksi ini adalah interaksi yang menguntungkan, karena bersifat sinergis dalam menurunkan tekanan darah," jelas Zullies.

Lantas bagaimana dengan terapi Covid-19? Zullies mengungkapkan, Covid-19 merupakan salah satu penyakit unik di mana kondisi satu pasien dengan yang lain dapat sangat bervariasi.

Pada kasus Covid-19 yang bergejala sedang sampai berat, misalnya, maka dapat terjadi peradangan paru, gangguan pembekuan darah, atau gangguan pencernaan. Karena itu, sangat mungkin diperlukan beberapa macam obat untuk mengatasi berbagai gangguan tersebut, di samping obat antivirus dan vitamin.

"Jika tidak mendapatkan obat yang sesuai justru dapat memperburuk kondisi dan menyebabkan kematian," kata Zullies.

Dalam hal ini, dokter tentu akan mempertimbangkan manfaat dan risikonya dan memilihkan obat yang terbaik untuk pasiennya. Tidak ada dokter yang ingin pasiennya meninggal dengan obat-obat yang diberikannya.

Zullies memaparkan, interaksi obat dapat merugikan jika adanya suatu obat dapat menyebabkan berkurangnya efek obat lain yang digunakan bersama. Atau bisa juga jika ada obat yang memiliki risiko efek samping yang sama dengan obat lain yang digunakan bersama, maka akan makin meningkatkan risiko total efek sampingnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement