Selasa 13 Jul 2021 18:17 WIB

Mitos tentang Covid-19 yang tak Perlu Dipercaya

Sebagian orang percaya mencuci hidung dengan cairan saline bisa hentikan Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Mitos tentang Covid-19 yang tak perlu dipercaya (ilustrasi).
Foto: republika
Mitos tentang Covid-19 yang tak perlu dipercaya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah lebih dari satu tahun sejak pandemi Covid-19 pertama kali terjadi. Selama itu pula, ada berbagai macam informasi yang beredar seputar Covid-19.

Tak semua informasi terkait Covid-19 yang beredar luas terbukti kebenarnya. Sebagian informasi bahkan hanya sekedar mitos yang tak sesuai dengan fakta.

Setidaknya ada enam mitos populer seputar Covid-19 yang hingga saat ini dipercaya banyak orang. Berikut ini adalah keenam mitos tersebut, seperti dilansir WebMD, baru-baru ini: 

1. Vaksin Covid-19 tidak aman

Ada anggapan bahwa vaksin Covid-19 tak aman. Alasannya, perusahaan-perusahaan obat mengembangkan dan membuat vaksin Covid-19 dalam waktu yang cepat.

Faktanya, proses pembuatan vaksin Covid-19 bisa berlangsung cepat karena para perusahaan obat mencurahkan banyak waktu dan biaya mereka. Meski dibuat dalam waktu yang cepat, bukan berarti vaksin Covid-19 tak aman digunakan.

Seluruh vaksin Covid-19 harus melalui studi-studi yang sangat ketat sebelum digunakan secara luas. Melalui studi-studi ini, efikasi dan keamanan vaksin diukur secara seksama. Selain itu, vaksin Covid-19 juga harus mendapatkan izin dari lembaga pengawas obat dan makanan di masing-masing negara sebelum bisa digunakan.

2. Minum air hangat bunuh virus corona

Sebagian orang meyakini bahwa minum air hangat dapat membersihkan tenggorokan dari virus corona penyebab Covid-19 atau SARS-CoV-2. Faktanya, asupan air putih memang berperan penting bagi kesehatan secara umum. Namun tak ada bukti ilmiah yang mendukung pernyataan bahwa air hangat dapat melindungi seseorang dari Covid-19. Satu-satunya efek yang mungkin diberikan air hangat adalah membuat tenggorokan terasa lebih nyaman dan meringankan batuk.

3. Cuci hidung sembuhkan Covid-19

Mencuci hidung dengan cairan saline diyakini dapat membantu menghentikan Covid-19. Oleh karena itu, banyak orang yang melakukan hal ini dengan harapan dapat segera sembuh dari Covid-19. 

Faktanya, mitos ini mungkin berkembang dari adanya anjuran mencuci hidung dengan cairan salin untuk membantu mengatasi pilek. Namun, mencuci hidung dengan cairan salin tak dapat menghentikan infeksi Covid-19 yang sudah terjadi.

4. Kebal setelah sakit

Sebagian orang yang sudah sembuh dari Covid-19 kerap merasa lebih aman. Mereka meyakini bahwa sakit yang mereka lalui membuat mereka kebal akan risiko reinfeksi di kemudian hari.

Faktanya, beberapa studi menunjukkan bahwa merupakan hal yang mungkin bagi seseorang untuk terkena Covid-19 lebih dari sekali. Saat ini, peneliti masih mencari tahu seberapa besar kemungkinan seseorang untuk mengalami reinfeksi, seberapa sering kasus reinfeksi terjadi, dan siapa saja yang lebih rentan terhadap kasus reinfeksi.

Pada intinya, para penyintas Covid-19 tetap perlu waspada karena ada risiko reinfeksi. Semua orang, termasuk penyintas Covid-19, diharapkan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan baik selama beraktivitas, seperti menggunakan masker serta mencuci tangan.

5. Perkumpulan kecil tak sebarkan Covid-19

Berkumpul dalam jumlah kecil dianggap tidak berisiko menyebarkan Covid-19. Oleh karenanya, sebagian orang merasa tak segan untuk tetap berkumpul dengan bebas di masa pandemi meski ada anjuran untuk menghindari kerumunan dan menjaga jarak.

Faktanya, perkumpulan atau kerumunan dalam jumlah besar memang paling berperan dalam penyebaran Covid-19. Namun, bukan berarti perkumpulan dalam jumlah yang lebih kecil sama sekali tak berisiko. Terlebih, sebagian kasus Covid-19 tak bergejala sehingga penderitanya bisa tampak sehat.

Perkumpulan atau kerumunan dalam jumlah kecil tetap memiliki risiko terhadap penyebaran Covid-19. Risiko ini bisa muncul bila perkumpulan dilakukan bersama orang lain yang tidak tinggal serumah, dilakukan tanpa menjaga jarak, atau orang-orang di dalamnya tak menggunakan masker dengan benar.

6. Covid-19 berasal dari laboratorium

Sebagian orang mencurigai bahwa SARS-CoV-2 merupakan virus penyebab Covid-19 yang sengaja dikembangkan di dalam laboratorium. Setelah itu, virus ini kemudian keluar dan menginfeksi banyak orang.

Faktanya, peneliti hingga saat ini masih mempelajari asal-mula Covid-19. Berdasarkan beberapa studi terhadap jenis virus corona lain, peneliti menilai SARS-CoV-2 kemungkinan bermula dari kelelawar dan kemudian berevolusi di dalam tubuh manusia yang terinfeksi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement