Rabu 14 Jul 2021 16:15 WIB

Lima Faktor Risiko Penyakit Jantung yang Jarang DIketahui

Banyak orang tak menduga faktor-faktor risiko ini berkaitan dengan penyakit jantung.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Beberapa studi terbaru mengungkapkan setidaknya ada lima faktor risiko penyakit jantung yang jarang diketahui (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Beberapa studi terbaru mengungkapkan setidaknya ada lima faktor risiko penyakit jantung yang jarang diketahui (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan merokok, pola makan yang buruk, hingga konsumsi alkohol merupakan beberapa faktor risiko penyakit jantung yang sudah banyak diketahui. Akan tetapi, penyakit jantung juga memiliki beberapa faktor risiko yang jarang diketahui.

Sekilas, sebagian dari faktor risiko yang jarang diketahui ini tampak tak berkaitan dengan penyakit jantung. Oleh karena itu, banyak orang mungkin tak menduga jika faktor-faktor risiko ini berkaitan dengan penyakit jantung.

Beberapa studi terbaru mengungkapkan setidaknya ada lima faktor risiko penyakit jantung yang jarang diketahui. Berikut adalah lima faktor risiko tersebut, seperti dilansir Eat This Not That!, Rabu (14/7):

1. Masalah hubungan

Studi terbaru dalam Journal of Clinical Medicine mengungkapkan bahwa individu yang merasa kehidupan pernikahan mereka tidak berhasil memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi. Mereka juga lebih berisiko terhadap kematian dini.

Studi yang dilakukan peneliti dari Tel Aviv University ini melibatkan hampir 9.000 laki-laki dewasa selama 32 tahun. Mereka lalu membandingkan risiko yang dimiliki oleh partisipan dengan kehidupan pernikahan bahagia dan kehidupan pernikahan kurang berhasil.

Partisipan yang merasa kehidupan pernikahannya tak berhasil memiliki risiko 19 persen lebih tinggi mengalami kematian akibat semua penyebab. Mereka juga memiliki risiko 69 persen lebih tinggi mengalami kematian akibat strok, dan risiko 20 persen lebih tinggi mengalami kematian akibat penyakit kardiovaskular, diabetes, atau tekanan darah tinggi. Hasil studi ini menunjukkan bahwa stres kronis atau yang berlangsung dalam waktu lama juga dapat menjadi faktor risiko penyakit jantung.

2. Lemak berlebih di jantung

Kelebihan lemak di sekitar jantung atau lemak perikardial dapat meningkatkan risiko gagal jantung secara drastis. Menurut studi dalam Journal of the American College of Cardiology, kelebihan lemak perikardial dapat meningkatkan risiko gagal jantung pada laki-laki dan perempuan.

Pada perempuan, lemak perikardial berlebih dapat meningkatkan risiko gagal jantung hingga dua kali lipat. Sedangkan pada laki-laki, kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko gagal jantung hingga 50 persen.

3. Testosteron rendah

Berdasarkan studi yang dipresentasikan dalam European Association of Urology Congress, suplementasi testosteron dapat menurunkan risiko serangan jantung dan strok pada laki-laki dengan kadar testosteron yang rendah. Pada laki-laki yang memiliki risiko tinggi terhadap masalah kardiovaskular, menormalkan kadar testosteron dapat membantu mereka melakukan hal-hal yang baik bagi kesehatan jantung, seperti olahraga rutin.

4. Menghisap ganja

Beberapa negara seperti Kanada, Georgia, Meksiko, Afrika Selatan, dan Uruguay telah melegalkan ganja untuk penggunaan rekreasional. Akan tetapi, hal tersebut bukan jaminan bahwa penggunaan ganja tak memiliki risiko masalah kesehatan.

Mayo Clinic memaparkan bahwa menghisap ganja dapat meningkatkan tekanan darah yang berbahaya. Ganja juga dapat meningkatkan detak jantung hingga tiga jam setelah seseorang menghisapnya.

"Efek ini dapat meningkatkan kemungkinan serangan jantung. Orang yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah jantung mungkin memiliki risiko yang tinggi," ujar Mayo Clinic.

5. Stres karena politik

Sebuah studi dalam Journal of the American Heart Association menemukan bahwa kontes politik dapat memberikan dampak serius terhadap jantung. Studi ini melibatkan sekitar 2.500 partisipan dengan perangkat jantung implan seperti alat pacu jantung di masa pemilu AS 2016.

Selama periode enam pekan sebelum dan setelah pemilu, peneliti mendapati adanya peningkatan risiko aritmia jantung menjadi 77 persen lebih tinggi. Lebih spesifik, peningkatan kasus berjenis aritmia atrium mencapai 82 persen, sedangkan peningkatan pada kasus aritmia ventrikel mencapai 60 persen.

Peneliti juga pernah menemukan adanya peningkatan kejadian kardiovaskular setelah bencana alam dan serangan teroris. Akan tetapi, ini merupakan studi pertama yang mengaitkan antara situasi politik dengan masalah jantung. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement