REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Prof. Budi Wiweko mengatakan vaksinasi membantu mencegah terjadinya infeksi yang belum ada obatnya. "Prinsipnya setiap sel di dalam tubuh kita memiliki 'identitas atau KTP' sehingga dikenali oleh sel imun sebagai kawan bukan lawan," kata Prof Budi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (20/7).
Walaupun demikian, ada kalanya sel tubuh memiliki masalah dengan KTP-nya sehingga menjadi tidak dikenali sel imun, akibatnya sudah barang tentu sel imun akan menyerang sel tubuh sendiri. Inilah yang dikenal sebagai 'penyakit auto imun'.
Bagaimana reaksi sel imun bila ada sel asing masuk ke dalam tubuh, bisa dalam bentuk infeksi bakteri atau virus. Pada dasarnya sejak dibentuk, sel imun sudah 'disekolahkan di kelenjar Timus' agar mampu mengenali musuhnya dengan baik dan tidak menyerang kawannya sendiri.
"Bila ada bakteri atau virus masuk, maka tubuh akan menyusun kekuatan dengan mengerahkan sel-sel imunnya dari berbagai lapisan. Ada lapisan pertama, ada lapisan kedua dan ada lapisan ketiga sebagai benteng terakhir, demikian Allah SWT menciptakannya dengan sangat sempurna," kata Wakil Direktur IMERI - FKUI itu.
Pasukan sel imun lapisan pertama yang paling gampang kita kenal misalnya adalah kulit, bagaimana kulit diatur kelembabannya dan banyak sel imun di bawah jaringan kulit sebagai barisan pertama pertahanan kita. Bila barisan pertama belum mampu mengusir musuh, maka akan dilepaskan sel-sel perantara yang akan memanggil bala bantuan dan melepaskan berbagai zat untuk menghancurkan musuh.
Sel-sel ini dikenal dengan sebutan sitokin. Infeksi yang tidak berat pada umumnya bisa diselesaikan di level pertama, tetapi untuk infeksi virus (yang sifatnya di dalam sel) dia membutuhkan bala bantuan yang lebih besar untuk menghancurkan virus sekaligus sel yang diinfeksinya.
"Apakah infeksi virus bisa sembuh sendiri ? Jawabannya tidak selalu," ujarnya.