Kamis 22 Jul 2021 04:33 WIB

Global Warming Bisa Buat Eropa Lebih Sering Dilanda Banjir

Studi menunjukkan pemanasan global dapat memicu terjadinya hujan ekstrem lebih sering

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Christiyaningsih
Mobil dan truk yang rusak terendam banjir di jalan raya federal B265 di Erftstadt, Jerman, 17 Juli 2021. Sebagian besar wilayah Jerman Barat dilanda hujan lebat dan terus-menerus pada malam hingga Rabu, mengakibatkan banjir bandang lokal yang menghancurkan bangunan dan menyapu mobil .
Foto: EPA-EFE/SASCHA STEINBACH
Mobil dan truk yang rusak terendam banjir di jalan raya federal B265 di Erftstadt, Jerman, 17 Juli 2021. Sebagian besar wilayah Jerman Barat dilanda hujan lebat dan terus-menerus pada malam hingga Rabu, mengakibatkan banjir bandang lokal yang menghancurkan bangunan dan menyapu mobil .

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN — Bencana banjir yang melanda Eropa baru-baru ini disebut bakal lebih sering terjadi akibat pemanasan global (global warming). Model komputer resolusi tinggi menunjukkan badai yang bergerak lambat bisa menjadi 14 kali lebih sering terjadi di darat pada akhir abad ini dalam skenario terburuk.

Semakin lambat badai bergerak, semakin banyak hujan yang turun di area kecil dan semakin besar risiko banjir serius. Para peneliti sudah tahu suhu udara yang lebih tinggi yang disebabkan oleh krisis iklim berarti atmosfer dapat menahan lebih banyak kelembapan, yang pada gilirannya menyebabkan hujan yang lebih ekstrem.

Baca Juga

Analisis terbaru, bagaimanapun, adalah yang pertama untuk menilai peran badai yang bergerak lambat dalam menyebabkan hujan lebat di Eropa. Badai yang diproyeksikan dalam studi baru bergerak lebih lambat daripada yang membasahi Jerman, Belanda, dan negara-negara lain dalam sepekan terakhir dan karenanya akan menyebabkan curah hujan dan banjir yang lebih ekstrem.

“Simulasi memberikan gambaran bahwa hal yang lebih buruk dapat terjadi,” kata Abdullah Kahraman dari Universitas Newcastle di Inggris, yang memimpin penelitian tersebut dilansir The Guardian, Rabu (21/7).