Senin 26 Jul 2021 10:53 WIB

China akan Bangun Reaktor Nuklir 'Bersih' Pertama

China sedang membuat rencana membangun reaktor nuklir berbasis thorium cair.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Fusi Nuklir (ilustrasi)
Foto: VOA
Fusi Nuklir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China telah menguraikan rencana untuk membangun reaktor nuklir komersial ‘bersih’ pertama. Reaktor ini menggunakan thorium cair dan garam cair.

Dilaporkan LiveScience, reaktor prototipe pertama direncanakan siap pada Agustus, dengan pengujian pertama pada September. Reaktor komersial dijadwalkan siap beroperasi pada 2030. Apa bedanya dengan reaktor biasa?

Baca Juga

Dilansir dari Engadget, Senin (26/7), reaktor uranium konvensional menghasilkan limbah yang tetap sangat radioaktif hingga 10 ribu tahun. Reaktor uranium membutuhkan wadah timah dan keamanan yang luas.

Limbah reaktor juga termasuk plutonium-239, isotop penting untuk senjata nuklir. Limbah-limbah ini berisiko menumpahkan tingkat radiasi yang dramatis jika terjadi kebocoran, seperti yang terlihat di Chernobyl. Limbah juga membutuhkan volume air yang besar.

Reaktor thorium, melarutkan unsur kuncinya menjadi garam fluorida yang sebagian besar menghasilkan uranium-233 yang dapat didaur ulang melalui reaksi lain. Sisa bahan lainnya dalam reaksi memiliki waktu paruh ‘hanya’ 500 tahun, meskipun terhitung lama, tapi ini jauh lebih aman.

Jika ada kebocoran, garam cair cukup dingin sehingga secara efektif menutup thorium dan mencegah kebocoran yang signifikan.Teknologi ini tidak membutuhkan air dan tidak mudah digunakan untuk memproduksi senjata nuklir. 

Reaktor dapat berada di gurun, jauh dari kebanyak kota. Reaktor juga bisa dibangun tanpa menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu akan menambah persediaan senjata nuklir.

Dibangun di Wuwei

China sedang membangun reaktor komersial pertama di Wuwei, sebuah kota gurun di provinsi Gansu di negara itu. Para pejabat juga melihat ini sebagai cara untuk mendorong ekspansi Internasional China.

China berencana hingga 30 negara yang berpartisipasi dalam inisiatif investasi perusahaan “Belt and Road”. Secara teori, China dapat memperluas pengaruh politiknya tanpa berkontribusi pada proliferasi senjata nuklir.

Itu mungkin mengkhawatirkan Amerika Serikat (AS) dan saingan politik lainnya yang berada di belakang thorium. Reaktor Natrium yang berbasis di AS, misalnya, masih dalam pengembangan.

Reaktor thorium dapat membantu China melepaskan diri dari batu bara dengan relatif cepat. Terutama reaktor skala kecil yang dapat dibangun dalam periode yang lebih pendek. 

China memiliki target netral karbon pada 2060. Saat ini, China masih sangat bergantung pada energi batu bara, dan tidak ada jaminan bahwa sumber terbarukan akan memenuhi permintaan sendiri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement