REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar bioanalisis Universitas Indonesia (UI), Profesor Yahdiana Harahap, mengimbau masyarakat tidak khawatir untuk mengonsumsi obat. Guru Besar Fakultas Farmasi UI itu menjelaskan, obat diberikan demi kesembuhan pasien.
"Yakinlah keluarga Indonesia bahwa obat yang dirilis ke pasaran sudah memenuhi tiga hal, khasiat, keamanan, dan mutu yang terjamin," kata Yahdiana pada webinar "Bertemu Pakar untuk Menjawab Bagaimana Risiko Interaksi Obat pada Penderita Covid-19".
Seminar virtual tersebut digelar oleh Fakultas Farmasi UI dan ditayangkan di Youtube Fakultas Farmasi UI, akhir pekan lalu. Dalam kesempatan itu, Yahdiana menjelaskan bahwa semua obat memang punya efek samping, tetapi manfaatnya selalu lebih besar.
Dia mengingatkan apabila ingin mengonsumsi obat, gunakan secara rasional sesuai indikasinya. Konsumsi obat keras harus dengan resep dan pemantauan dokter. Obat bebas bisa saja dibeli langsung di apotek, tapi ada baiknya berkonsultasi dengan apoteker terlebih dahulu.
Hal yang tidak diinginkan bisa terjadi apabila tidak mengindahkan pedoman tersebut, sebab saat konsumsi obat hati dan ginjal bekerja keras. Sementara, jika konsumsi obat tidak menyalahi aturan niscaya aman sebab efek samping sudah diperkirakan sebelumnya.
Sama halnya dengan obat yang diberikan untuk pasien Covid-19. Kemungkinan interaksi obat pasti telah diperhitungkan oleh tenaga kesehatan, berdasarkan pedoman yang ada, baik dari Kementerian Kesehatan RI maupun Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Yahdiana yang merupakan Kepala Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia mengatakan masyarakat bisa menyimak sendiri daftar lengkap mengenai interaksi obat yang diberikan untuk pengidap Covid-19. Salah satunya tercantum di situs covid19-druginteractions.org.
Supaya interaksi obat yang memicu efek merugikan tidak terjadi, salah satu caranya adalah konsumsi beberapa obat dengan jeda waktu. Misalnya, mengonsumsi satu jenis obat, baru meminum obat lain satu hingga satu setengah jam kemudian.
Dengan berbagai kajian risiko dan manfaat yang sudah ada, Yahdiana mengatakan tidak perlu cemas berlebihan. Pasalnya, tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, maupun apoteker pasti sudah memperhitungkan jika ada efek samping untuk pasien.
"Tetapi harus di bawah kontrol, jangan menggunakan sendiri. Masyarakat isoman jangan membeli obat keras sendiri dan mengatur sendiri cara pemberian obat, itu yang dikhawatirkan," tutur perempuan berhijab tersebut.