REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Beristirahat sangat penting bagi tubuh supaya tidak kelelahan. Selain itu, rehat sejenak juga baik untuk kondisi otak. Menurut sebuah studi, waktu istirahat memungkinkan otak mengingat lebih banyak hal.
Para ilmuwan dari Institut Neurobiologi Max Planck di Planegg, Jerman, memaparkannya dalam sebuah riset. Mereka mengungkap fenomena tersebut dengan melakukan eksperimen terhadap tikus yang diberikan kegiatan tertentu.
Adanya waktu istirahat di antara aktivitas tikus menyebabkan pola aktivasi yang lebih stabil di otak. Dengan interval rehat yang lebih lama, tikus menggunakan kembali lebih banyak neuron yang sama seperti sebelumnya.
Artinya, tikus tidak mengaktifkan neuron otak yang berbeda. Hal tersebut memungkinkan koneksi saraf untuk memperkuat setiap peristiwa pembelajaran sehingga pengetahuan disimpan untuk waktu yang lebih lama.
Banyak dari kita pernah mengalami hal berikut: sehari sebelum ujian, kita mencoba menjejalkan sejumlah besar informasi ke dalam otak. Begitu membaca dan menghafal, pengetahuan itu seolah menguap entah ke mana.
Kabar baiknya, kelupaan tersebut bisa diatasi dengan interval waktu rehat yang diperpanjang antara aktivitas belajar. Riset terbaru yang diulas pun mengungkap bahwa istirahat sangat bermanfaat bagi ingatan.
Spesifiknya, dalam eksperimen tikus dilatih mengingat posisi sepotong cokelat yang tersembunyi di labirin. Pada tiga kesempatan berturut-turut, tikus dilepaskan untuk menjelajahi labirin dan menemukan hadiah mereka.
Di antara tiga kesempatan tersebut, diberikan waktu jeda dengan durasi berbeda. Pada awalnya, tikus yang dilatih dengan interval rehat yang lebih lama antara fase belajar tidak dapat mengingat posisi cokelat dengan cepat.
"Tetapi pada hari berikutnya, semakin lama jeda, semakin baik memori tikus," kata salah satu peneliti, Annet Glas, dikutip dari laman Max Planck Gesellschaft, Kamis (29/7).
Selama tes labirin, para peneliti juga mengukur aktivitas neuron di korteks prefrontal tikus. Wilayah otak ini sangat menarik untuk proses pembelajaran, dikenal karena perannya dalam tugas berpikir yang kompleks.
Para ilmuwan menunjukkan bahwa inaktivasi korteks prefrontal mengganggu kinerja tikus di labirin. Ketika tim membandingkan aktivitas saraf selama fase pembelajaran yang berbeda, terungkap temuan yang dianggap unik.
Dalam fase pembelajaran cepat yang berurutan, tikus mengaktifkan sebagian besar neuron yang berbeda. Saat istirahat lebih lama, neuron sama yang aktif selama fase pembelajaran pertama digunakan kembali oleh otak.
Mengaktifkan kembali neuron yang sama dapat memungkinkan otak untuk memperkuat hubungan antara sel di setiap fase pembelajaran. Tidak perlu memulai pelatihan dari awal dan menjalin kontak terlebih dahulu.
"Itulah mengapa kami percaya bahwa memori mendapat manfaat dari istirahat yang lebih lama," ungkap peneliti lain, Pieter Goltstein.