Selasa 03 Aug 2021 13:41 WIB

Kolaborasi Kampus Penting dalam Peningkatan Inovasi

Kolaborasi antara perguruan tinggi, lembaga riset, dan industri untuk inovasi.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Mas Alamil Huda
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Prof Nizam
Foto: Tangkapan layar
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Prof Nizam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, menyatakan pentingnya gotong royong atau kolaborasi antara perguruan tinggi atau kampus, lembaga riset, dan industri untuk meningkatkan inovasi di Indonesia. Tanpa adanya kolaborasi, Nizam mengibaratkan perguruan tinggi hanya akan menjadi silo-silo sempit dengan semangat kepiting hanya saling menjatuhkan.

Ia berharap perguruan tinggi memiliki semangat panjat pinang, yakni saling berbondong-bondong untuk meraih tujuan yang sama yaitu kemajuan Indonesia. Hal tersebut diungkapkannya dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Airlangga (Unair) dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2021.

Begitupun saat ada perguruan tinggi yang berhasil dan memiliki prestasi, Nizam berharap agar perguruan tinggi lainnya pun ikut bangga dan berbahagia tanpa saling menjatuhkan dan harus saling berkolaborasi. Menurutnya, keberhasilan setiap perguruan tinggi serta anak bangsa, merupakan keberhasilan bagi seluruh masyarakat.

"Hal tersebut merupakan tugas perguruan tinggi dan para intelektual dalam menemukan hikmah, pemecahan masalah serta berinovasi agar dapat memberikan kemudahan dalam mengembangkan suatu ilmu dan teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat," kata Nizam, dalam keterangannya, Selasa (3/8).

Nizam pun menekankan kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia agar setiap inovasi dari riset tersebut tidak hanya terbatas pada ruang publikasi saja tetapi direalisasikan manfaatnya oleh masyarakat. Hal tersebut dipicu oleh keprihatinannya melihat realitas di Indonesia yang mengimpor hampir 90 persen alat-alat kesehatan dan obat-obatan.

"Ini tentu tugas besar bagi perguruan tinggi untuk paling tidak mengurangi dari 90 persen ketergantungan impor menjadi 85 persen, dan itu akan menjadi suatu pencapaian yang luar biasa sekali," ujar dia lagi.

Sementara itu, Rektor Unair Mohammad Nasih mengatakan, pandemi Covid-19 telah memunculkan permasalahan yang memacu universitas-universitas untuk mengembangkan inovasi dalam penyelesaian masalah pandemi ini. "Banyak yang kita siapkan agar menjadi inovasi dan untuk itu mesti muncul optimisme agar kita berada pada kondisi yang lebih baik lagi," kata Nasih.

Ia menyampaikan, banyak hal yang dapat dilakukan perguruan tinggi dalam membantu mengatasi permasalahan pandemi ini. Contohnya untuk Fakultas Kedokteran dapat memunculkan inovasi terbaru dalam penanganan Covid-19 dengan berkolaborasi dengan stakeholders terkait.

Terkait dengan inovasi yang dilakukan Unair, Direktur Rumah Sakit Unair Nasronudin menyebutkan beberapa inovasi terbaru di Rumah Sakit Unair meliputi fasilitas dan prosedur medis lainnya. Adapun inovasi tersebut antara lain Shadowing Transfer Bed, sebuah alat yang dapat memindahkan pasien dari satu tempat tidur ke tempat tidur lainnya secara otomatis, aplikasi Si-Perdana untuk membantu registrasi pelayanan rumah sakit secara digital dan Airlangga Robot Triage Assistance (ARTA).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement