REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M.Supariyono, Anggota Fraksi PKS DPRD Depok
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala tidak pernah malu untuk membuat perumpamaan dengan menggunakan seekor nyamuk atau bahkan yang lebih kecil lagi dari nyamuk, adapun orang-orang yang beriman mereka langsung tahu bahwa ini semua adalah kebenaran dari Tuhannya, sementara orang-orang kafir, mereka mengatakan untuk apa Allah subhanahu wa ta'ala menciptakan ini semua… (QS Al Baqarah :26)
Terlalu banyak pelajaran dan tadzkirah dari wabah Covid-19 yang tengah melanda dunia ini. Memang demikian seharusnya. Karena tidak ada peristiwa di muka bumi ini yang terjadi secara kebetulan.
Tidak ada peristiwa yang terjadi di muka bumi ini kecuali di balik peristiwa itu banyak pelajaran. Sebanyak apa pelajaran yang dapat kita ambil dan secepat apa kita menyerap pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi, semua berpulang pada kualitas keimanan kita.
Salah satu tadzkirah yang bisa kita ambil dari kasus Covid-19 ini adalah kita harus memperbaiki atau lebih tepatnya menyempurnakan wudhu kita. Ada satu sunnah wudhu yang sudah kita tinggalkan. Sunnah wudhu itu adalah beristinsyaq.
Beristinsyaq adalah menghirup air dengan hidung kemudian memuntahkannya kembali. Sebagian orang malas beristinsyaq karena terasa agak sakit. Benar, bagi kita yang baru pertama kali melakukan istinsyaq memang terasa agak sakit, akan tetapi jika sudah terbiasa maka rasa sakit itu tidak akan terasa lagi. Selain karena rasa sakit sebagian lagi merasa bahwa beristinsyaq bukan merupakan rukun atau wajib wudhu.
Ketika seorang berwudhu tanpa melakukan istinsyaq maka wudhunya tetap sah. Berwudhu tanpa beristinsyaq memang tetap sah, tetapi tapi kita tidak mendapatkan manfaat dari beristinsyaq itu.
Beristinsyaq menyimpan begitu banyak manfaat. Manfaat beristinsyaq yang pertama adalah...