REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 yang disebabkan varian delta plus telah tersebar di 29 negara. Akan tetapi, jumlah kasusnya yang rendah membuat ahli menilai varian delta plus tak akan melampaui varian delta dalam waktu dekat.
Varian delta dan varian delta plus memiliki kemiripan secara genetik. Akan tetapi, varian delta plus atau AY.1 memiliki mutasi tambahan pada kode spike proteinnya.
Bulan lalu, Kementerian Kesehatan India mengungkapkan bahwa varian delta plus tampak menyebar lebih mudah dibandingkan dengan varian delta. Varian delta plus juga terlihat memiliki kemampuan untuk "menempel" ke sel-sel paru lebih mudah.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memantau varian delta plus sebagai bagian dari varian delta. Dengan kata lain, kasus keduanya tidak terpisah.
Akan tetapi, data dari Scripps Research menunjukkan bahwa hanya ada 430 kasus varian delta plus yang terdeteksi di dunia, tersebar di setidaknya 29 negara. Dua kasus di antaranya ditemukan di Korea Selatan.
"Penyebaran geografis yang luas tidak berarti bahwa (varian delta plus) menyebar secara luas," ungkap Profesor Andrew Read dari Pennsylvania State University, seperti dilansir Business Insider, Kamis (5/8).
Read mengatakan, bila peningkatan frekuensi kasus varian delta plus menyamai varian delta, maka ada kemungkinan varian delta plus akan melampaui varian delta. Akan tetapi, sejauh ini hal tersebut tidak terjadi.
"Kita tak melihat hal itu untuk saat ini," pungkas Read.
Varian delta plus juga baru akan dipandang sebagai ancaman yang mengkhawatirkan bila ada bukti yang memperkuat hal tersebut. Misalnya, bukti bahwa varian delta plus lebih menular dibandingkan varian delta, menyebabkan penyakit menjadi lebih berat, atau kebal terhadap vaksin.
Sejauh ini, Public Health England mengatakan tidak ada bukti bahwa varian delta plus dapat menyebabkan penyakit lebih berat atau menurunkan efektivitas vaksin Covid-19. Terkait efektivitas vaksin, studi dalam New England Journal of Medicine menemukan bahwa dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech dapat menurunkan risiko ifneksi delta hingga 88 persen.